Mohon tunggu...
M. Abrori Riki Wahyudi
M. Abrori Riki Wahyudi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Jika menulis adalah nafas, maka membaca adalah udaranya

Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Book

Resensi: Novel Jala Karya Titis Basino

27 Juli 2022   13:52 Diperbarui: 27 Juli 2022   14:02 806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Resensi Novel Jala 

Judul                           : Jala

Karya                          : Titis Baseno P.I.

Penerbit                       : Bentang Budaya

Tahun Terbit               : Pertaman, Juli 2002

Kota                            : Yogyakarta

ISBN                           : 9793062290

Jumlah Halaman         : 247

Sinopsis

Novel yang mengisahkan mengenai perjuangan kaum urban yang menapaki kehidupannya di tengah kejamnya kehidupan di kota metrapolitan, jakarta. Menyelami kembali masa romantisme masa lalu yang kemudian menjadi sebuah rumah tangga yang nyata dan rela hidup di tepi sungai beratap bandeng plastik. Jala adalah sumber kehidupan sehari-harinya hingga memilih pendidikan sebagai tempat mengadu nasib dan mamperbaiki jalan hidupnya.

Isi

Kisah bermula pada saat anak desa menggantungkan nasibnya pada bawang merah, Mariati. Ia bekerja pada salah satu orang kaya raya yang sekaligus menyandang gelar bapak Haji di daerah tersebut. Ia adalah Pak Haji Suryadi. Kegiatan sehari-hari Mariati adalah menyiapkan bibit bawang merah yang kemudian ditanam oleh laki-laki yang nantiya jadi tokoh utama dalam novel ini. Ia adalah Pamuji.

Pamuji adalah anak seorang priyayi yang kemudian mengambil kebebasan dalam hidupnya. Tidak seperti anak priyayi yang biasanya. Setiap harinya Mariati dan Pamuji selalu bersama saat bekerja di ladang, keduanya sangat akrab. Biasanya Pamuji sering mengantarkan Mariati ke rumahnya menggunakan becak milik Pak Haji. Dia bersenang hati meski tanpa ada bayaran dari Mariati, tidak hanya mariati yang ikut bejak, teman-teman Mariatu juga ada yang ikut. Pamuji termasuk sosok yang mandiri dan pekerja keras, setiap harinya Pamuji menjadi penanam bawang merah sekaligus menarik becak husus keluarga Pak Haji Suryadi. Lambat laun Pamuji bisa memiliki becak sendiri dari hasil kerja kerasnya.

Mariati yang termasuk kembang desa, tentunya banyak laki-laki yang ingin menikahinya, salah satunya adalah Sujak, Putra Pak Haji Suryadi. Sujak melamar Mariati, namun Mariati tidak mengindahkan itu, dikarenakan Sujak seorang penjudi dan suka memainkan perempuan. Mariati tidak tertarik sama sekali meskipun jika menikah dengan Sujak kehidupan Mariati akan lebih mapan dari yang sebelumnya.

Seiring berjalannya waktu, Pamuji mempunyai inisiatif untuk meninggalkan Brebes, tempat dia bekerja setiap hari dengan Mariati. Dia hijrah dari desa ke kota, tempat yang di tujunya dalah kota Semarang. Becak adalah teman setia Pamuji dan dari becak itulah Pamuji bisa hidup di kota Semarang. Namun setelah beberapa bulan di Semarang, Pamuji tidak lama tinnggal disitu, dia melanjutkan ke kota metrapolitan, Jakarta. Saat itulah Pamuji bertemu dengan gadis cantik keturunan Cina yang bersedia hidup bersama Pamuji yang serba keterbatasan. Mereka menikah dan tinggal di bandeng plastik pinggir sungai, disana notabene orang-orang yang ekonominya rendah, pekerjaan setiap harinya ada yang jadi pemulung, penjual rokok, dan bahkan ada juga yang menjadi pelacur.

Istri Pamuji bekerja menjadi penjual rokok yang kemudian Pamuji dan istrinya tinggal di tempat penjualan rokok tersebut. Bandeng palstiknya di sewakan pada seorang laki-laki yang pada kahirnya menjadi latar belakang hancurnya keluarganya. Pada saat pamuji pulang dari narik becaknya, Pamuji melihat istri dan laki-laki yang menyewa bandeng itu sedang smelakukan hubungan intim dan pada saat itulah Pamuji menceraikan istrinya.

Mariati yang kesepian tanpa Pamuji, ia nekat juga untuk meninggalkan Brebes, hijrah ke Ibu kota Jakarta. Setelah sampai di Jakarta, Mariati kebingungan karena sebelum-sebelumnya dia tidak pernah ke luar kota, apalagi jakarta merupakan Ibu kota. Beruntung ia bertemu dengan seorang yang kaya raya yang saat itu membutuhkan tenaga pengasuh anaknya. Mariati ditawarkan untuk tinggal dirumahnya untuk mengasuh anaknya, mariati mengiyakan.

Di rumah besar itulah Mariati hampir kehilangan kehormatannya, kerana anak dari pemilik rumah itu hampir melakukan pemerkosaan. Dari kejadian itulah Mariati memilih untuk berhenti menjadi pengasuh dari majikannya yang kaya raya itu. Disaat Mariati tidak mempunyai tujuan, datanglah pertolonganTuhan tanpa diduga-duga, dia bertemu dengan Pamuji. Yang kemudian menawarkan agar Mariati tinggal di bandeng palstik miliknya. Tanpa berpikir panjang Mariati mengiyakan.

Tak enak juga tanpa ada ikatan mereka tinggal berdua, mereka kemudian menikah. Hiduplah mereka di bandeng plastik dengan suka ria, keluarga mereka termasuk keluarga yang taat beragama, mereka tidak pernah meninggalkan kewajibannya pada Tuhannya. Setelah itu Mariati bekerja di klinik, sebrang bandengnya dengan profesi resepsionis. Sedangkan pamuji setiap harinya seperti biasanya, menarik becak, bahkan nariknya sampai ke Bekasi. Seperti biasa sebelum narik becak, Pamuji menjala ikan di sungan dekat bangdenya. Dari ikan hasil jalanya itulah Pamuji dan Mariati bisa mengurangi biaya makan sehari-harinya.

Sebagai keluarga yang beragama. Tuhan menolong kelauarga Pamuji dengan mengirimkan pasien yang menawarkan perkulihan pada Mariati, pasien tersebut tahu bahwa Mariati setiap harinya rajin membaca dan belajar Bahasa Inggris. Dari situlah pasien itu mempunyai niat baik untuk mengusahakan agar mariati bisa kuliah, soal biayaya, Mariati tidak akan dibebankan karena pasien akan mengusahakan agar pemilik kelinik itu yang akan membiayai proeses perkulihannnya. Disamping itu juga Pamuji yang sedang narik dan kebetulan penumpangnya seorang penulis, penumpang itulah memberitahu kepada pamuji bahwa jika Pamuji menulis dan mengirimkan karyanya kepada media cetak. Maka pamuji akan mendapatkan uang lebih banyak dari narik becak. Dari situlah Pamuji berniat untuk membeli mesin tik dari hasil tabunganya.

Setelah Pamuji dan mariati menceritakan semua persoalannya, maka menghasilkan keputusan Mariati lebih setuju jika Pamuji saja yang kuliah. Waktu terus berputar hingga akhirnya Pamuji berhasil menjadi Sarjana Sosial. Tidak hanya itu, Pamuji juga sukses di bidang sastran. Dia sering di undang keluar kota bahkan keluar negeri.

Pamuji yang dulunya bekerja narik becak, sekarang sudah menjadi dosen, menjadi. Tidak hanya itu, Pamuji juga menjadi penyair yang tulisanya banyak di kenal publik.  kehidupan setiap harinya semakin mapan, pindah dari bandeng plastik ke rumah yang lebih layak. Kehidupan penuh dengan problematika, Mariati menyadari bahwa Pamuji yang sekarang bukan yang dulu lagi, dulu suka bergurau, sekarang tidak. Mungkin disebabka oleh polapikiranya yang sudah berubah dan dari sibuknya menyeleaikan tugas-tugasnya. Mariati menyadari bahwa pernikahannya sudah lama namun belum dianugrahi buah hati. Hal itulah yang menjadi kecemasan dari Mariati, apalagi mendengar kabar bahwa Pamuji akan mengangkat anak dari seorang pelacur, Juwita.

Menjadi seorang istri tentu risau, apalagi Juwita seorang pelacur, Mariati sempat berfikir bahwa Pamuji sudah pernah tidur bareng dengan si Juwita, namun ditengah gempuran gosipan tetangga mengenai isu Pamuji yang akan mengangkat anak yang di kandungan pelacur. Mariati mencoba berbicara baik-baik dengan suaminya. Dari pembicaraan itulah bahwa yang sesunnguhnya terjadi Pamuji mempunyai niat baik kepada anak yang di kadung Juwita. Yang biasanya kandungannnya di gugurkan, untuk kali ini dia berkeinginan agar dilahirkan keduania saja, dan Pamuji yang akan merawatnya.

Mendengar niat baik itu Mariati setuju, setelah lahir Pamuji yang pengetahunanya sudah mapan, Pamuji langsung mengurusnya dengan dinas terkait, agar tidak ada permasalahan yang tidak diinginkan saat anak angkat yang diberi nama Yogi jika nantinya sudah dewasa. 

Kelebihan

Novel Jala ini sangat rekomendasi untuk dibaca oleh para generasi muda saat ini, selain bahasanya mudah di mengerti, novel ini juga mempunyai banyak pesan-pesan moral, mengenai pentingnya dunia pendidikan, bahwa dengan pendidikanlah segala sesuatu bisa berubah. tentang hidup yang tidak boleh sombong meskipun lebih mapan dari yang lain. Juga tentang menghindari omongan-omongan yang tidak perlu di bicarakan. 

Kekurangan

Adapun kekurangan dari novel ini, di bab-bab akhir ada ketidak senambungan dengan yang sebelumnya, juga tidak ada keterangan bahwa novel ini lebih baik di baca oleh kalangan remaja yang sudah berumaur 18 tahun keatas

Yogyakarta, 21 Juli 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun