Pada saat anak tangga diinjak, maka elemen piezoelektrik dari keramik yang akan bermuatan positif pada beberapa bagian molekul dan sebagian lainnya akan bermuatan negatif. Molekul-molekul tersebut akan terbentuk elektroda yang menempel pada dua sisi yang berlawanan dan menghasilkan medan listrik yang kemudian tegangannya akan disearahkan menggunakan penyearah untuk menyimpan energi sementara yang nantinya tegangan keluaran akan menjadi DC, untuk selanjutnya dimanfaatkan menyalakan lampu LED serta kebutuhan listrik lainnya di stasiun.
Efek piezoelektrik berasal dari distribusi ion dalam struktur kristal bahan tertentu. terdapat keseimbangan antara muatan listrik positif dan negatif dalam material, sehingga material tetap netral. Ketika suatu struktur berbentuk persegi dikenai tegangan tekan (Gambar 1.2), pusat muatan ekivalennya masih berada pada titik yang sama, sehingga tidak ada perubahan polarisasi. Untuk segi enam (gambar 1.3) , ketika tegangan diterapkan, perubahan terjadi pada pusat muatan kation dan anion yang menginduksi perubahan polarisasi. Terdapat 32 kelas kristalografi, 21 di antaranya non-sentrosimetris (tidak memiliki pusat simetri) dan 20 di antaranya menunjukkan piezoelektrik langsung; yang ke-21 adalah kelas kubik. Dalam bahan ini, karena tidak adanya simetri dalam distribusi ion, terdapat dipol listrik, yang menghasilkan respons piezoelektrik.
Jumlah listrik yang dihasilkan piezoelektrik sebanding dengan besarnya tekanan yang diberikan. Yang berarti semakin besar tekanan, maka akan menghasilkan listrik yang lebih banyak. Oleh karena itu, tangga dipertimbangkan sebagai tempat yang paling efektif untuk sarana peletakan benda ajaib ini. Ketika menaiki tangga, berat badan manusia tiga kali lebih berat dari berat normalnya dan ketika menuruni tangga berat badan manusia lima kali lebih berat dari berat normalnya karena adanya gaya gravitasi.
Besarnya tekanan memang mempengaruhi besarnya tegangan yang dihasilkan. Menaiki tangga menghasilkan voltase yang cukup untuk memberi daya pada perangkat penyimpanan eksternal. Dengan adanya alat penyimpan daya, jumlah energi yang dihasilkan tidak akan terbuang sia-sia karena disimpan terus-menerus selama ada yang menaiki tangga.
Dapat disimpulkan bahwasannya P-CT mampu berkontribusi sebagai sumber listrik pada stasiun. P-CT bertujuan agar penerapan renewable energy di Indonesia terlebih lagi dalam sektor infrastruktur dapat terwujud sehingga masyarakat Indonesia dapat berjalan maju bersama renewable energy sekaligus berkontribusi dalam  mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan 2030. Hanya dengan alat piezoelektrik maka P-CT sangat cocok diterapkan pada setaip stasiun di Indonesia, karena alat ini tidak memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan sekitar, tidak memakan biaya yang besar, bahkan dapat mengubah suatu hal yang terbuang sia-sia menjadi energi yang bermanfaat. Sayangnya teknologi piezoelektrik belum diketahui potensinya oleh masyarakat. Oleh karena itu, ke depannya perlu dipublikasikan akan potensi alat tersebut dengan mengaplikasikannya di kawasan stasiun di Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H