Mohon tunggu...
Abri Maijon
Abri Maijon Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Literasi Bertumbuh Kembang, Indonesia Gemilang

21 Maret 2019   02:14 Diperbarui: 21 Maret 2019   03:50 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul buku yang dibaca dan batas bacaan dicatat dalam lembaran monitoring. Program membaca dilaksanakan pada jadwal 15 menit sebelum aktifitas pembelajaran dimulai, dan dapat dilanjutkan kembali pada waktu luang setelah kembali dari sekolah.

Sejauh ini hasil OMOB sungguh menakjubkan, rata-rata anak mampu menyelesaikan bacaan dalam satu bulan 4 -- 5 buku. Bahkan sebagian lain yang lebih tekun mampu menuntaskan 7-10 buku.  Buku yang dibaca tentu bersumber dari bacaan bermutu, tim literasi yang ditunjuk dari unsur guru sebelumnya telah menyeleksi buku yang layak dan tidak layak dibaca.

Berhubung perpustakaan sekolah belum memiliki koleksi yang cukup, maka orang tua disarankan membekali anak dengan buku bacaan sesuai dengan batasan usianya. Jika satu teman selesai membaca maka ia dapat meminjamkan pada teman yang lain yang punya kendala sumber bacaan. 

Sekolah juga mengarahkan, buku bacaan yang dibeli dan dibaca anak didik dapat menjadi koleksi pribadi sekaligus menjadi cikal bakal berdirinya perpustakaan pribadi kelak di rumah masing-masing.

Tindak lanjut dari program OMOB adalah bedah buku. Masing-masing siswa mendapat giliran membedah 1 buku yang ia baca pada jadwal yang ditentukan setiap pekan. Hal ini menarik, anak didik mampu menyampaikan ulasan maupun gagasan sebagaimana tertulis dalam buku. 

Setelah presentasi selesai, teman yang lain diperkenankan memberi tanggapan dan pertanyaan. Pembedah kemudian memberikan penjelasan sesuai yang ia pahami dari isi buku. Selain bagi pembedah, anak yang lain tentu berkesempatan menyerap ilmu pengetahuan sebagaimana yang disajikan.

Bagian lain yang tidak kalah menarik adalah, menjadikan buku yang dibaca sebagai sumber inspirasi dan ide untuk disajikan dalam karya tulis. Diantara karya tulis yang dimaksud adalah puisi, artikel pendek, cerita pendek (cerpen). 

Program ini diberi nama 'Pintar Menulis'. Tulisan-tulisan tangan siswa dikumpulkan pada guru pembimbing literasi, guru membaca serta memberikan koreksi dan pembinaan seperlunya. Tak lupa guru memberikan paraf dan pujian. Tahapan berikutnya diserahkan kembali pada siswa untuk disempurnakan kemudian diketik. 

Hasil ketikan sebagiannya dikirim ke media cetak, juga dimuat pada website sekolah. Mumpung sebuah  harian terbesar di Sumatera Barat menyediakan rubrik kreasi siswa di akhir pekan. Di luar dugaan semenjak 19 September 2017 hingga 18 Maret 2019 tulisan siswa telah dimuat sebanyak 123 buah, diantaranya 64 artikel pendek, 48 puisi dan 11 cerpen.

Sebagai bentuk apresiasi karya tulis yang terbit di media, petugas yang ditunjuk dari pembina literasi mengumumkan melalui pengeras suara untuk seluruh siswa memberitahukan siapa saja diantara mereka yang karyanya terbit hari itu. 

Pengumuman ini menjadi yang ditunggu oleh banyak siswa, bahkan ada yang langsung mendatangi pembina literasi dan bertanya karya siapa saja yang terbit. Sekolah juga mengapresiasi dengan memajang karya mereka di mading sekolah. Melalui mading semua anak dapat membaca karya teman sekaligus menjadi inspirasi dan motivasi untuk turut giat membaca dan menulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun