Mohon tunggu...
Abri Maijon
Abri Maijon Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Literasi Bertumbuh Kembang, Indonesia Gemilang

21 Maret 2019   01:07 Diperbarui: 21 Maret 2019   01:18 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejauh ini hasil OMOB sungguh menakjubkan, rata-rata anak mampu menyelesaikan bacaan dalam satu bulan 4 -- 5 buku. Bahkan sebagian lain yang lebih tekun mampu menuntaskan 7-10 buku.  Buku yang dibaca tentu bersumber dari bacaan bermutu, tim literasi yang ditunjuk dari unsur guru sebelumnya telah menyeleksi buku yang layak dan tidak layak dibaca.

Berhubung perpustakaan sekolah belum memiliki koleksi yang cukup, maka orang tua disarankan membekali anak dengan buku bacaan sesuai dengan batasan usianya. Jika satu teman selesai membaca maka ia dapat meminjamkan pada teman yang lain yang punya kendala sumber bacaan. Sekolah juga mengarahkan, buku bacaan yang dibeli dan dibaca anak didik dapat menjadi koleksi pribadi sekaligus menjadi cikal bakal berdirinya perpustakaan pribadi kelak di rumah masing-masing.

Tindak lanjut dari program OMOB adalah bedah buku. Masing-masing siswa mendapat giliran membedah 1 buku yang ia baca pada jadwal yang ditentukan setiap pekan. Hal ini menarik, anak didik mampu menyampaikan ulasan maupun gagasan sebagaimana tertulis dalam buku. Setelah presentasi selesai, teman yang lain diperkenankan memberi tanggapan dan pertanyaan. Pembedah kemudian memberikan penjelasan sesuai yang ia pahami dari isi buku. Selain bagi pembedah, anak yang lain tentu berkesempatan menyerap ilmu pengetahuan sebagaimana yang disajikan.

Bagian lain yang tidak kalah menarik adalah, menjadikan buku yang dibaca sebagai sumber inspirasi dan ide untuk disajikan dalam karya tulis. Diantara karya tulis yang dimaksud adalah puisi, artikel pendek, cerita pendek (cerpen). Program ini diberi nama 'Pintar Menulis'. Tulisan-tulisan tangan siswa dikumpulkan pada guru pembimbing literasi, guru membaca serta memberikan koreksi dan pembinaan seperlunya. 

Tak lupa guru memberikan paraf dan pujian. Tahapan berikutnya diserahkan kembali pada siswa untuk disempurnakan kemudian diketik. Hasil ketikan sebagiannya dikirim ke media cetak, juga dimuat pada website sekolah. Mumpung sebuah  harian terbesar di Sumatera Barat menyediakan rubrik kreasi siswa di akhir pekan. Di luar dugaan semenjak 19 September 2017 hingga 18 Maret 2019 tulisan siswa telah dimuat sebanyak 123 buah, diantaranya 64 artikel pendek, 48 puisi dan 11 cerpen.

Sebagai bentuk apresiasi karya tulis yang terbit di media, petugas yang ditunjuk dari pembina literasi mengumumkan melalui pengeras suara untuk seluruh siswa memberitahukan siapa saja diantara mereka yang karyanya terbit hari itu. 

Pengumuman ini menjadi yang ditunggu oleh banyak siswa, bahkan ada yang langsung mendatangi pembina literasi dan bertanya karya siapa saja yang terbit. Sekolah juga mengapresiasi dengan memajang karya mereka di mading sekolah. Melalui mading semua anak dapat membaca karya teman sekaligus menjadi inspirasi dan motivasi untuk turut giat membaca dan menulis.

Hal yang mengharukan adalah saat karya anak terbit di media cetak guru mendokumentasikan dengan cara difoto karya siswa dan di kirim ke orang tua melalui aplikasi Whatsapp (WA) oleh guru pembina literasi. Orang tua sumringah senang, sebagian mereka mengoleksi bahkan ikut memposting ke akun media sosial seperti Facebook/Instagram miliknya.

Sekolah juga punya tradisi mengumumkan dan meminta semua nama yang karyanya pernah dimuat dimedia cetak untuk berdiri di depan orang tua saat acara penerimaan rapor dipenghujung semester. Kepada mereka diberikan bingkisan 'honor tulisan' beserta dokumen kliping yang sebelumnya telah diambil dari media cetak. Rata-rata 20 -- 30 orang anak yang menulis tiap semester berdiri berjejer dihadapan orang tua menerima bingkisan kecil yang dibagikan salah seorang guru atau pimpinan sekolah.  Terhadap anak yang membaca lebih banyak buku setiap bulan dan semester juga diberikan reward khusus oleh sekolah.

Budaya literasi dapat tumbuh jika ada keteladanan dan model yang secara langsung bisa diamati siswa. Keteladanan tersebut berasal orang terdekatmereka, yakni para gurunya. Ia memiliki peran yang sangat fundamental sekaligus menjadi fasilitator yang berkualitas. Guru merupakan figur teladan dalam gerakan literasi sekolah (Pangesti Wiedarti, 2016:10).  

Gerakan literasi dibutuhkan komitmen bersama para guru agar bissa berjalan berkelanjutan. Semangat literasi harus dirawat. Diantara cara yang kami lakukan misalnya menulis di media cetak. Hal yang megembirakan 8 dari 21 guru sudah menunjukkan konsistensi menulis di media cetak. Karya tulis diantaranya artikel/opini, cerpen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun