Pengaruh Kalimat Tidak Baku Pada Perubahan Perilaku Komunikasi Generasi Milenial Dan Generasi Z Di Era Digital
Abrar zaen1, Ratna Dewi Kartikasari2Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl. K.H. Ahmad Dahlan, Cireundeu, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten23010400118abrarzaen149@gmail.comIlmu Komunikasi
Â
Abstrak
Pada era digital, terjadi perubahan perilaku komunikasi generasi milenial dan generasi Z. Perubahan tersebut dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, seperti kurangnya interaksi tatap muka karena kehadiran gawai. Fenomena ini juga terjadi pada generasi milenial dan generasi Z di Kecamatan Kuranji. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan perilaku komunikasi milenial dan generasi Z di Kecamatan Kuranji danmelihat degradasi komunikasi antarmuka yang terjadi. Adapun teori yang digunakan adalah perilaku komunikasi, komunikasi interpersonal, komunikasi generasi milenial, komunikasi generasi Z, media baru, dan behaviorisme sosial. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi Alfred Schutz dengan paradigma konstruktivisme. Penelitian ini menganalisis perilaku komunikasi generasi milenial dan generasi Z era digital di Kecamatan Kuranji dari sepuluh orang informan. Hasil penelitian menunjukkan empat perilaku generasi milenial dan generasi Z terbentuk di Kecamatan Kuranji, yaitu perilaku komunikasi dari aktif menjadi pasif disebabkan oleh gawai, berkurangnya komunikasi tatap muka disebabkan oleh gawai, tidak fokus dalam berkomunikasi disebabkan oleh gawai, dan perilaku komunikasi daring disebabkan oleh gawai. Dalam penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku generasi milenial dan generasi Z yang semula interaktif sebelum menggunakan gawai, setelah menggunakan gawai proses komunikasinya menjadi pasif, sehingga tidak terjadi komunikasi efektif.
Kata Kunci :Â Era Digital, Gen Z, Milenial, Perilaku Komunikasi
PENDAHULUAN
Pengelompokkan generasi muncul dalam dunia kerja berdasarkan sumber daya manusia. Penelitian terkait perbedaan generasi ini pertama kali dilakukan oleh Manheim. Menurutnya generasi adalah konstruksi sosial yang di dalamnya terdapat sekelompok orang yang memiliki umur dan pengalaman historis yang sama . Kebiasaan setiap generasi juga punya karakteristik masing- masing sesuai dengan perkembangan zaman. Howe dan Strauss mendefinisikan generasi milenial sebagai generasi yang kaya, berpendidikan lebih baik, beragam etnis, dan fokus pada kerja tim, prestasi, kesederhanaan, dan perilaku yang baik.Â
Milenial memiliki kemampuan bawaan menguasai teknologi, seperti kemampuan multitasking dalam penggunaan perangkat digital. Menurut pendapat populer, karakteristik Gen Z adalah tingginya pemahaman mereka akan teknologi. Hal ini karena sejak lahir sudah bersentuhan dengan gawai. Gen Z merupakan orang yang lahir pada kurun 1995---2010. Mereka disebut sebagai penduduk asli digital karena sejak usia dini telah terpapar oleh internet dan telfon genggam.
Peneliti mengamati isu perubahan perilaku komunikasi milenial dan gen Z tidak sedang baik-baik saja. Melihat realita yang ada di lapangan, semacam ada gangguan komunikasi yang bisa menghilangkan dari makna komunikasi itu sendiri. Komunikator yang terabaikan, dapat merasa kecewa atau marah saat berinteraksi dengan komunikan yang tetap asyik dengan kegiatan digitalnya. Maka dari itu ada potensi negatif bila pesan disalahartikan atau tidak mendapat respons. Sejatinya harus ada etika penggunaan digital saat sedang berkomunikasi dengan orang lain, apa saja yang harus dilakukan. Literasi perilaku komunikasi yang baik menggunakan gawai, perlu diberikan kepada milenial dan gen Z di lingkungan sosial. Harusnya ada batasan waktu penggunaan gawai ketika ada lawan bicara mengajak berinteraksi gawainya dapat disimpan terlebih dahulu utnuk menghormati lawan bicara. Perubahan perilaku komunikasi berkomunikasi dengan orang yang lebih tua, sekarang juga menjadi berubah. Budaya sopan santun berkomunikasi di Ranah Minang, khususnya di Kota Padang dahulunya ketika orang-orang yang lebih tua berbicara, diperhatikan dengan saksama menunjukkan rasa hormat dengan menatap wajah lawan bicara juga berkaitan pada perilaku manusia. Namun saat ini, faktanya orang tua yang berbicara kepada anak- anaknya, dijawab dengan respons yang lambat tanpa melihat wajah orang tua, dan tetap memainkan gawai mereka. Fakta tersebut berasal dari observasi yang peneliti lakukan terhadap informan di wilayah Kuranji.
Fenomena perubahan perilaku komunikasi milenial dan gen Z menjadi penting untuk diteliti, sebab terkait dengan perubahan perilaku komunikasi yang mengantarkan kepada arah baru perubahan perilaku dalam berkomunikasi secara langsung. Apakah tidak ada yang merindukan interaksi secara nyata/alamiah, dampak dari keberlanjutan fenomena sibuk dengan gawai sendiri-sendiri berujung lahirnya antipati dalam kehidupan sosial, dan kurangnya rasa saling menghargai.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, Menurut Strauss dan Corbin mendefinisikan metode penelitian kualitatif sebagai "jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik dan bentuk hitungan lainnya". Secara sederhana, dipahami bahwa penelitian kualitatif bersifat mendeskripsikan, menganalisis suatu fenomena atau kasus.
Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi Alfred Schutz (1889-1959), yakni fenomenologi adalah menghubungkan antara pengetahuan ilmiah dengan pengalaman sehari-hari, dan dari kegiatan di mana pengalaman dan pengetahuan itu berasal. Peneliti melihat bagaimana pengalaman yang terjadi dalam perubahan perilaku komunikasi milenial dan gen Z dari sudut pandang informan. Pengalaman dan makna yang dapat diambil merupakan data yang peneliti dapatkan. Fenomenologi bertujuan untuk mengetahui dunia dari sudut pandang orang yang mengalaminya secara langsung atau berkaitan dengan sifat-sifat alami pengalaman manusia.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi, dan pengumpulan dokumen. Sumber data berupa hasil wawancara, temuan observasi di wilayah Kuranji, dan dokumen yang ada relevansinya. Teknik penentuan informan menggunakan purposive sampling, dalam penelitian ini adalah milenial dan gen Z. Pada subjek penelitian ini, peneliti mewancarai subjek berdasarkan beberapa kriteria penelitian sebagai berikut:
- Masyarakat yang berdomisili di Kecamatan Kuranji, Kota Padang.
- Berusia 10-39 tahun tergolong milenial Gen Z.
- Pengguna gawai.
- Pengguna media sosial, game onilen, dan aplikasi yang tersedia di Playstore dan Appstore.