Mohon tunggu...
Abrar Rifai
Abrar Rifai Mohon Tunggu... lainnya -

Hanya menulis apa yang diyakini benar dan baik.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bau Tanah

15 Mei 2012   23:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:14 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ternyata untuk bisa mencium bau tanah, tidak usah menunggu mati

Karena turunnya hujan setelah lama terhenti

Juga bisa mengantarkan bau tanah itu menusuk hidung

Tapi, yang pasti bahwa bau tanah itu tidak mesti juga seperti ini

Ketika kelak kita benar-benar memasuki tanah

Bau tanah itu akan berubah-rubah sesuai dengan mau kita

Ia bisa wangi, busuk, dan ternyata…

Tanah itu juga bisa menjadi permadani dan tilam empuk

Atau juga, ia bisa menjadi bara pembakar

Buldozer penggilas yang akan meremuk redam jasad kita

Maka, bau tanah seperti apa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun