Mohon tunggu...
Abdul Rahim
Abdul Rahim Mohon Tunggu... Administrasi - Bertani, dan menulis buah-buah pikirnya, dalam mengisi masa purna bhaktinya - untuk kemanfaatan yang lebih luas

Sehari-hari menikmati hawa segar udara Palangisang, sebuah desa di Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan. Memiliki hobi membudidayakan lebah madu, untuk itu sangat tertarik menerapkan filosofi kebaikan lebah madu dalam kehidupan sehari-hari – termasuk kehidupan berdemokrasi. Tertantang untuk berbagi pengalaman tentang sistem dan perubahan pola perilaku. Selalu berupaya menerapkan pola pikir global namun bertindak lokal.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keberlanjutan Indonesia, dari Presiden Pertama hingga Presiden Ketujuh

14 Mei 2024   12:23 Diperbarui: 15 Mei 2024   07:59 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Gramediadotcom

Menelaah kembali yang diawali oleh Presiden RI pertama dengan JAS MERAH, sampai diakhiri oleh Presiden RI keenam dengan "KEKUASAAN ITU MENGGODA, GUNAKAN DENGAN AMANAH UNTUK KEPENTINGAN BANGSA (2014), dengan agenda pembangunan  masing-masing periode kepemimpinannya. Inilah yang diungkapkan penulis dengan judul tulisan di atas. Judul tersebut dapat dimaknai pula bahwa Presiden RI ketujuh, Joko Widodo melalui konsep ideal diawal pemerintahannya yaitu 'REVOLUSI MENTAL'. Memang konsep ini awalnya merupakan visi pribadi, karena cita-cita ini atau citra ini adalah menjadi citra masa depan masyarakat Indonesia. 

Elit negara hukum (seharusnya) tahu melaksanakan dan menjaga perundang-undangan demi tata kehidupan nyata ketika mereka tidak tahu, tidak menjaga, apalagi menjalankannya, lalu membiarkan kekacauan di Mayapada, apa yang diakibatkan?

Kacaunya manajemen bernegara karena keberadaan aturan buatan sendiri yang tidak terhormat,"Semua bisa diatur". Kata politisi,"Ada peluang (korupsi) kenapa harus dibenahi?" kata birokrat.  

Jangan-jangan, sejak pembuatan UU memang sudah penuh 'pengaturan' untuk kepentingan para pembuatnya? Bukan demi kehidupan bersama atau tujuan negara. Bila benar, toh tidak salah. Karena luar biasanya kompleksitas permasalahan negara, bahkan menyepakati 'deskripsi tujuan negara'pun sulit. 

Manajemen bidang apapun menyebut 'tujuan' sebagai azas pertama dan utama, yang akan menggerakkan seluruh komponen organisasi. Tujuan Negara Indonesia sangat beragam, artinya tidak punya. Apalagi ketika GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara) menghilang, 'membangun manusia seutuhnya', 'masyarakat adil dan makmur', 'masyarakat bertakwa sejahtera', dan masih banyak sesuka hati kita (entah sumbernya). 

Paling banyak disebut adalah 'melindungi, memajukan kesejahteraan, mencerdaskan, dan ikut dalam ketertiban dunia'. Penggalan kalimat ini berada di dalam Pembukaan UUD 1945. Alinea tersebut dikenal sebagai tugas pemerintahan, bukan tujuan negara. Hemat saya, tujuan negara berada di alinea 2, yaitu mengantarkan rakyat agar merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. 

Jadi setelah Indonesia mencapai kemerdekaan di tahun 1945, zaman berganti yang dikenal dengan Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi. Dari ketiga orde ini, Indonesia telah dipimpin oleh 6 (enam) orang Presiden yang masing-masing memiliki pernyataan atau 'Syahadat', seperti telah diuraikan di atas. Pernyataan-pernyataan tersebut merupakan satu siklus yang berbentuk segi enam atau heksagonal, seperti bentuk sel pada sarang lebah. Kemudian masuk bentuk/sarang baru dari Presiden Indonesia ketujuh, Joko Widodo dengan Revolusi Mentalnya. Hal ini membawa Indonesia menuju Orde Restorasi atau Orde Pemulihan kembali sesuai dengan kultur bangsa, menuju generasi emas 2045, yang tinggal 21 tahun lagi. Kalau diandaikan kemudian disaat masa Prabowo - Gibran sama dengan masa pemerintahan Jokowi sebanyak dua periode (2024 - 2034), maka Presiden RI berikutnya (2034 - 2044) adalah .......

Ingat 'Restorasi Meiji' di Jepang yang digagas oleh Mori Arinory - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Jepang yang membuat Jepang bermartabat dan disegani dari segala aspek.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun