Mohon tunggu...
Abul Muamar
Abul Muamar Mohon Tunggu... Editor - Editor dan penulis serabutan.

Editor dan penulis serabutan. Suka menyimak gerak-gerik hewan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pragmatisme Pedagang Kuliner di Jogja

13 Juli 2018   12:46 Diperbarui: 15 Juli 2018   15:13 2698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasi bungkus di Jogja (foto: Dok. Pribadi)

Kalau sudah begitu, saya mau bilang apa? Lebih baik saya diam, lekas cabut dari warung mereka, sebelum diteriaki, "Orang gila!"

Jika mempertahankan daun pisang sebagai bungkusan makanan saja kita gagal, bagaimana kita bisa melestarikan tradisi-tradisi kita yang lain, semisal unggah-ungguh, tepa salira, gotong-royong, dan lainnya, yang sudah lama jadi kebanggaan bangsa kita?

Sebelum tulisan ini diakhiri, saya yang kurang kerjaan ini ingin membagikan sedikit informasi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), bahwa kertas coklat yang biasa dipakai untuk membungkus makanan oleh kebanyakan pedagang itu, yang telah menyisihkan daun pisang yang kita rindukan, ternyata tidak baik untuk kesehatan.

Kertas-kertas coklat itu, mengandung bakteri sekitar 1,5 juta koloni per gram. Dengan berat rata-rata 70-100 gram, itu berarti kertas-kertas itu mengandung 150 juta bakteri. Beberapa penyakit yang bisa ditimbulkannya adalah kanker, kerusakan hati dan kelenjar getah bening, mengganggu sistem endokrin, mutasi gen, hingga kerusakan reproduksi (Lipi.go.id). Waduh....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun