Kalau sudah begitu, saya mau bilang apa? Lebih baik saya diam, lekas cabut dari warung mereka, sebelum diteriaki, "Orang gila!"
Jika mempertahankan daun pisang sebagai bungkusan makanan saja kita gagal, bagaimana kita bisa melestarikan tradisi-tradisi kita yang lain, semisal unggah-ungguh, tepa salira, gotong-royong, dan lainnya, yang sudah lama jadi kebanggaan bangsa kita?
Sebelum tulisan ini diakhiri, saya yang kurang kerjaan ini ingin membagikan sedikit informasi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), bahwa kertas coklat yang biasa dipakai untuk membungkus makanan oleh kebanyakan pedagang itu, yang telah menyisihkan daun pisang yang kita rindukan, ternyata tidak baik untuk kesehatan.
Kertas-kertas coklat itu, mengandung bakteri sekitar 1,5 juta koloni per gram. Dengan berat rata-rata 70-100 gram, itu berarti kertas-kertas itu mengandung 150 juta bakteri. Beberapa penyakit yang bisa ditimbulkannya adalah kanker, kerusakan hati dan kelenjar getah bening, mengganggu sistem endokrin, mutasi gen, hingga kerusakan reproduksi (Lipi.go.id). Waduh....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H