Sependapat dengan Prof. Komaruddin Hidayat, mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah yang menekankan pentingnya bermain cantik dalam berpolitik. Ia mengibaratkan seperti permainan sepak bola, di mana teknik, keterampilan pemain, suportif, kerjasama tim, dan integritas sangat penting untuk meraih kemenangan.Â
Menurut saya, memainkan existensi organisasi bisa dihadirkan dengan cara yang lebih keren dan bermanfaat ketimbang tampil bersorak-sorak di momen PBAK. Tidak grudak-gruduk, seperti tidak ada cara yang lain aja wkwk . Mungkin dengan adu prestasi, diskusi dan program-program kerja menarik lainya. "Mutiara akan tetap menjadi mutiara, dia akan dicari banyak orang karena keindahannya".
Jika dibandingkan dengan PBAK di luar negeri, perbedaannya jauh. Meskipun esensi dan rencana kegiatan serupa, akan tetapi implementasinya berbeda. Kita sering kali terjebak dalam rutinitas yang monoton dan kurang efektif, yang pada akhirnya berdampak pada kesan mahasiswa baru.
Lantas, siapa yang memulai atas tradisi seperti ini? Menurut saya, ini seperti perdebatan telur atau ayam siapa yang lahir duluan. Tidak ada satu elemen yang memulai duluan karena panitia dan organisasi saling bermutualisasi.
Sebaiknya, seluruh komponen haruslah berperan dalam menciptakan momen yang lebih berarti dan positif dalam pengenalan mahasiswa baru tanpa ada embel-embel kepentingan organisasi tertentu. Sulit, tapi memang itulah kenyataannya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI