Mohon tunggu...
Healthy Pilihan

Animal Hoarding (Gangguan Kejiwaan yang Menyengsarakan Hewan)

18 April 2017   20:47 Diperbarui: 18 April 2017   21:33 3225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam dunia penyayang hewan mungkin masih banyak yang belum paham akan istilah ANIMAL HOARDING. Animal hoarding adalah sebuah perilaku dari manusia yang gemar mengumpulkan hewan, tidak peduli bagaimana cara ia mendapatkannya.

Animal Hoarding dapat dikategorikan sebagai perilaku menyimpang (gangguan kejiwaan) yang bermula dari rasa belas kasihan pada hewan namun dengan implementasi yang berlebihan dalam arti mereka menganggap semua hewan yang mereka temui dalam keadaan menyedihkan, tidak aman dan satu-satunya solusi bagi mereka adalah dengan mengumpulkannya.

Hanya masalahnya penderita gangguan kejiwaan seperti ini bahkan tidak mampu mengukur kemampuan diri mereka sendiri baik secara mental maupun finansial. Imbasnya adalah perlakuan buruk pada setiap hewan yang mereka kumpulkan.

Rata-rata pengidap gangguan kejiwaan ini sangat protektif pada setiap hewan yang ia klaim sebagai miliknya. Kebanyakan hewan ini hanya akan dikurung dalam kandang atau dirantai pada sebuah lingkungan tertutup. Tentu hal ini sangat kontradiktif jika dikaitkan dengan kampanye tentang hak kesejahteraan hewan peliharaan yang selalu digaungkan oleh para aktivis pemerhati satwa.

Jenis hewan yang sering menjadi target dari perilaku menyimpang ini tak terbatas. Hanya secara garis besar mereka lebih memilih satwa domestik sebagai targetnya. Bisa saja anjing ataupun kucing, dan tak menutup kemungkinan terjadi pada hewan jenis lain yang mereka temui tergantung kondisi dan separah apa gangguan kejiwaan ini mampu memotivasi perilaku mereka.

Rata-rata mereka yang mengidap gangguan kejiwaan ini memiliki sifat yang tertutup, tidak mampu menerima masukan, paranoid, berperilaku kasar dan gemar memaki (meski beberapa bahkan ada yang terlihat lemah lembut), kesulitan bergaul atau bahkan tidak mau bergaul, serta mudah iba bahkan pada hewan yang sesungguhnya tidak dalam keadaan menyedihkan.

Sebenarnya penyakit kejiwaan ini pun tidak datang secara tiba-tiba, selalu ada hal yang melatar belakangi seseorang hingga ia menjadi pengidap gangguan kejiwaan ini.
Sebut saja kekecewaan akan keluarga (broken home), perceraian, trauma masa kecil atau hal-hal lain yang sekiranya berkaitan dengan kemunduran mental seseorang.

Lalu apa yang dilakukan seorang ANIMAL HOARDING hingga dikatakan menyengsarakan hewan peliharaannya? Oleh karena ketidakmampuan mereka mengendalikan dan mengukur kemampuan diri ini maka banyak hewan yang justru akan mengalami penderitaan akibat tidak diberi makan minum secara layak, hanya dikurung dan pada tahap paling parah pengidap kelainan ini merasa berhak melakukan apapun pada hewan yang ia klaim sebagai miliknya.

Berhak menghukum dengan cara memukul / melukai fisik, bahkan dirinya merasa berhak untuk membunuh hewan yang kemudian menjadi tidak ia sukai. Pada dasarnya mereka gagal memahami pertolongan apa yang dibutuhkan hewan ini juga gagal memahami penderitaan hewan-hewan ini.

Seseorang dengan perilaku menyimpang seperti ini dalam setiap perbuatannya hanya menitik beratkan pada rasa iba berlebihan, terlalu bernafsu untuk mengumpulkan banyak hewan dan menganggap setiap hewan yang ia temui dalam keadaan membutuhkan pertolongannya, sayangnya mereka tidak akan pernah sadar bahwa setiap hewan yang ia kumpulkan justru akan mengalami penderitaan.

Maka dari itu sebagai aktivis penyelamat satwa terlantar, pemerhati satwa domestik ataupun penyayang hewan kita tidak hanya dituntut untuk menyayangi dan peduli pada hewan.

Kita juga dituntut untuk mampu menggunakan rasio nalar, mampu mengukur kemampuan diri dan batasan yang tak mampu kita lewati. Bahkan berbuat baik saja tidak cukup, kita harus mampu memahami apa yang mereka butuhkan dan apa yang justru akan menyengsarakan mereka.

Maka dari itu pula tidak perlu berlomba untuk menjadi rescuer / mendirikan rumah penampungan (shelter) jika orientasi setiap penyelamatan hewannya hanya berprinsip pada 'agar mereka tetap hidup'.

Bahaya jika orientasi setiap penyelamatan hewan hanya berprinsip pada 'agar mereka tetap hidup' sebab mereka tidak hanya butuh untuk sekedar hidup namun juga butuh kehidupan layak, sehat secara fisik dan sejahtera / sehat secara mental. Jika prinsipnya hanya ' agar mereka tetap hidup' apa bedanya dengan mereka para pelaku eksploitasi hewan yang membiarkan hewan-hewannya terus menderita demi meraih simpati dan keuntungan pribadi?

Untuk menjadi seorang rescuer tidak hanya dibutuhkan rasa iba, namun juga pengetahuan dan pola pikir yang sehat. Dan jangan salah, saat anda tidak mampu mengelola sebuah shelter dengan baik dan hanya berujung pada penderitaan hewan-hewan yang ada di dalamnya dan meskipun hal itu terjadi dengan atau tanpa kesengajaan maka anda pun dapat dijerat dengan undang-undang perlindungan hewan sesuai dengan pasal 302 KUHP dengan pidana penjara dan denda yang tentunya siap menanti anda
Maka dari itu tetaplah berbuat baik pada setiap hewan secara normal, wajar dan rasional. Butuh kejujuran untuk mengakui kemampuan diri dan bukan justru memaksakan diri.

"Sebab meskipun kita takkan dapat menyelamatkan semuanya namun kita masih bisa memberikan pertolongan pada beberapa diantaranya, tentang sisanya terkadang kita harus membiarkan alam mengerjakan tugasnya "

Demikianlah ulasan dan informasi yang dapat kami berikan di kesempatan kali ini, semoga bermanfaat,

Salam damai selalu .

#ABJN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun