Mohon tunggu...
Abiwodo SE MM
Abiwodo SE MM Mohon Tunggu... Bankir - Professional Bankers, Student at UI

Bankers yang selalu fokus terhadap "goal-oriented with an eye for detail, a passion for designing and improving creative processes also expertise in corporate relations" Saat ini sedang menempuh pendidikan S3 di UI.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

The Fed Kerek Suku Bunga Acuan, Apa Kabar Ekonomi dan Perbankan Kita?

8 Februari 2023   14:22 Diperbarui: 11 Februari 2023   15:00 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di awal tahun 2023, dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang berlangsung pada tanggal 1 Februari 2023 waktu setempat, Bank Sentral Amerika atau The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan mencapai 25 basis poin dengan persentase 4,5-4,75%. Keputusan tersebut menimbulan tanda tanya, apakah dunia masih dilanda resesi perekonomian global?

Meski laju kenaikan ini terbilang melambat dengan bulan sebelumnya, kenaikan tersebut bisa dibilang sebagai pertanda ekonomi global belum aman dan terkendali. Ya, pemulihan ekonomi dunia masih mengalami hambatan. Kenaikan persentase hingga maksimal di angkat 4,75% tersebut menjadi level tertinggi semenjak The Fed menaikkan suku bunganya pada tahun 2007 silam yang saat itu maksimal berada pada angka 4,25%.

Kondisi tersebut memicu banyak bank sentral untuk menaikkan suku bunga acuan dengan tujuan meredam kenaikan inflasi. Di dalam negeri, Bank Indonesia (BI) pada 19 Januari 2023, mengantisipasi dengan lebih dulu menaikkan BI 7-Day (Reverse) Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin. Dengan demikian BI7DRR menjadi 5.75%. Mungkinkah BI akan menaikkan kembali suku bunga acuannya pasca peningkatan suku bunga acuan The Fed?

Terkait hal tersebut, menurut pengamatan saya, suku bunga acuan BI diprediksikan tidak serta merta naik atau akan tetap bertahan di level 5,75%. Kondisi BI7DRR tersebut setidaknya akan berlangsung sampai triwulan pertama tahun 2023. Mengapa? Kondisi ini telah diprediksi oleh investor. Mereka melihat adanya gonjang-ganjing perekonomian dunia masih menunjukkan tanda baik-baik saja sesuai dengan ekspektasi pasar.

Seperti yang pernah saya sampaikan dalam tulisan sebelumnya, selain inflasi, pertimbangan menaikkan BI7DRR adalah upaya yang juga dilakukan untuk memperkuat daya tarik aset keuangan domestik dengan mengantisipasi kenaikan suku bunga global, serta termasuk upaya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Pada tahun 2023, sektor domestik masih menjadi pelampung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sektor domestik tersebut adalah konsumsi rumah tangga yang merupakan motor penggerak perekonomian dinilai akan tumbuh dan tetap menguat di tahun ini.

Tentunya kita juga berharap konsumsi pemerintah tumbuh positif di tahun 2023, tidak seperti tahun lalu yang mengalami kontraksi karena dampak pandemi yang melandai, sementara anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) terlanjur besar, sehingga serapan anggaran tersebut tidak digunakan sepenuhnya. Ya, semoga konsumsi belanja tahun ini trend-nya tumbuh positif, meski ada tantangan dalam penyelenggaraan pemilu di awal tahun 2024.

Selain pada sektor domestik, anggaran pemerintah terkait dengan pembelian barang modal non konsumsi dengan masa manfaat lebih dari satu tahun atau yang sering kita sebut sebagai Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) diprediksi masih moncer kinerjanya pada tahun ini. PMTB adalah kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk menjaga dan meningkatkan iklim investasi, khususnya pada sektor infrastuktur termasuk bangunan, jalan, bandara, serta mesin dan peralatan. 

Hal ini terlihat dari peningkatan anggaran infrastruktur dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 memang naik sekitar 7% atau sebesar Rp.392 triliun . Kemudian pemerintah juga akan fokus pada pengembangan Ibukota Negara Nusantara (IKN), berbagai Proyek Strategis Nasional (PSN) dan kebijakan hilirisasi.

Dampak Bagi Ketahanan Perbankan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun