"Jadi, yang jelas, mata uang virtual pengusung desentralisasi ini penyebarannya jauh lebih tak terbatas ketimbang uang kartal dan giral."
Setelah pidato Hawkish sang Ketua The Fed, Jerome H Powell, yang kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin pada Kamis (3/11/2022) dini hari, kini posisi dolar semakin menguat terhadap seluruh mata uang.
Dalam tulisan saya sebelumnya, kita sudah membahas soal langkah menaikkan suku bunga acuan oleh bank sentral untuk menekan inflasi.Â
Harapannya, bisa mengurangi jumlah uang beredar juga menekan harga komoditas agar tidak semakin meroket.
Kini, akibat peningkatan suku bunga acuan The Fed, kisaran bunga acuan di AS mencapai 3,75-4 persen. Untuk kredit, bunga yang semakin tinggi itu tentu mengerikan.Â
Dampaknya, nilai investasi cenderung turun dan perputaran ekonomi melemah. Tapi sebaliknya, bunga perbankan yang tinggi itu bisa mendorong orang untuk menyimpan uangnya di bank.
Itulah yang terjadi beberapa hari ini. Agresivitas bank sentral AS dalam menaikkan suku bunga acuan memicu pelaku pasar atau investor untuk mencari safe haven alias tempat aman untuk menaruh dolarnya. Alhasil, dolar menguat terhadap seluruh mata uang.
Pasar kripto ikut anjlokÂ
Yang sedang terjadi saat ini adalah dolar AS mengalami penguatan. Jadi bukan hanya rupiah yang melemah, tapi hampir semua mata uang negara utama, maupun sebagian besar mata uang emerging market (pasar negara berkembang) melemah. Termasuk pasar kripto, ikut anjlok. Kok bisa?
Soal mata uang kripto alias cryptocurrency sampai blockchain, sudah banyak sekali referensinya yang bisa ditemui, jadi saya pikir tidak perlu lagi kita bahas secara detail di sini.Â
Jadi, yang jelas, mata uang virtual pengusung desentralisasi ini penyebarannya jauh lebih tak terbatas ketimbang uang kartal dan giral.