Mohon tunggu...
Abi Permana
Abi Permana Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menulis

Bertamasya dengan Menulis

Selanjutnya

Tutup

Politik

SBY dan Jalan Sunyi Perdamaian Pasca Pilpres

10 Mei 2019   14:45 Diperbarui: 10 Mei 2019   15:03 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar https://www.jawapos.com 

Pekan lalu, SBY menerima kunjungan beberapa tokoh nasional yang berkunjung ke National Unoversity of Singapore. Kepadanya kembali dititipkan keinginan untuk mempersatukan kembali rakyat pasca perbedaan pilihan politik. Jelas politik adalah sebuah cara untuk satu tujuan besar yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum.

Seharusnya para tokoh seperti Kivlan Zein, Eggy Sudjana dan bahkan AM Hendropriyono atau Rizieq Shihab sekalipun berbimbingan tangan menciptakan kedamaian. Kini SBY berjalan dalam sunyi menyuarakan rekonsiliasi nasional agar dimasa datang kita tidak lagi terjebak dalam ego masing-masing yang akan menyengsarakan masa depan rakyat.

SBY juga menyuarakan agar rekonsiliasi dilakukan secara menyeluruh. Namun rekonsiliasi itu haruslah berlandaskan pada kebenaran dan sesuai dengan aturan serta kaidah hukum. Rekonsiliasi yang ditawarkan SBY bukanlah rekonsiliasi pihak yang kalah menerima begitu saja kekalahan dan pihak yang menang kemudian merayakan kemenangannya.

Ia meliputi tiga hal utama yaitu sikap kompromi kedua belah pihak dengan mengedepankan keselamatan bangsa diatas semua kepentingan kedua calon dan pendukungnya, kedua, mencari solusi yang sama sama menguntungkan dan yang terakhir adalah rekonsiliasi yang saling menghormati proses pemilu dengan azas saling membuka diri dan menahan diri dari sikap ingin menang sendiri.

Jadi, jangan biarkan SBY berjalan dan berjuang sendiri. Ia seorang Presiden yang pernah memenangkan Pilpres langsung pertama kali dan tanpa konflik. SBY adalah saksi dan pelaku sukses Pilpres yang bak kata pepatah, "Usai pertandingan, saatnya bersalaman". Dimasanya, pasca terpilih di tahun 2004 silam, selama lima tahun tidak pernah ada kubu kubuan di masyarakat. Bahkan kosa kata Cebong dan Kampret tidak sekalipun kita dengar dalam keseharian dan media meski kosa kata itu sudah sangat lama ada di dalam Kamus Besar Bahasa Indoneia.

Jadi, jangan biarkan SBY berjalan dalam sunyi rekonsiliasi. Sungguh kita malu masih saja sibuk memperparah polarisasi.

Salam  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun