Mohon tunggu...
Abioyiq
Abioyiq Mohon Tunggu... Administrasi - Pegendara Masa

Menulis menyalurkan redundansi agar tak menjadi keruntuhan diri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Celana Dalam Bantaran Kali Rungkut

27 April 2012   03:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:03 3422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kali ini lumayan dapat tiga celana dalam dan dua buah bra. Ternyata daerah Kendang Sari punya selera yang agak bagus, celana dalam dan branya rata-rata bermerk. Meskipun kebanyakan pagar rumahnya agak tinggi. Hampir saja aku jatuh kali ke dua melompati pagar rumah satronan terakhir.

Lain ceritanya dua hari yang lalu, ketika hendak melompati pagar sebuah rumah yang agak besar di dekat kali Rungkut. Seorang pembantu rumah tangga tiba-tiba muncul dan memergoki sebagian tubuhku yang sudah setengah di atas pagar, sebelum dia sempat teriak aku sudah menggunakan jurus rajawali mengawal awan. Kabur.

Kamar ini pengap, satu kasur kapuk ditiduri oleh tiga orang. Tas, pakaian bekas, sepatu kets lusuh, beberapa piring dan gelas, baju-baju bergantungan di dinding berlapis koran, ditambah asap dari obat nyamuk bakar yang menghiasi seluruh isi ruangan. Tapi itu bukan masalah buat Pairin dan Tejo. Kedua kawan ini tidur seperti kayu gelondongan.

Waktu yang pas untuk melihat kembali koleksi seni. Kubuka tas kain levis warna biru dongker, entah biru atau agak hitam, tak jelas. Kukeluarkan beberapa celana dalam berenda dan sebagian berpita. Kupilih tiga potong yang terbaik diantaranya. Beberapa bentuknya sangat seksi, menggugah. Dua sisanya kumasukkan kembali ke dalam tas. Satunya kuremas dan kuciumi, segar. Aku membayangan pemiliknya bertubuh sintal dan masih perawan. Malam ini juga harus kupakai, agar terbawa mimpi.

Jam sembilan pagi Pairin dan Tejo sudah mengaduk semen dalam molen. Ruko yang kami bangun dikejar deadline. Sebulan lagi harus selesai. Kami masih mengecor beberapa balok beton tambahan di atap. Dak lantai sudah selesai melalui bantuan beton mix. Setelah selesai balok atap, berarti pekerjaan struktur selesai, tinggal finishing lagi.

Tanggal tua dan opnam belum dilakukan, sebagian buruh lesu. Uang sudah habis di tengah bulan. Sebagian lari ke kampung, ke gang Dolly dan ke meja judi. Tinggal ancaman pemecatan dan katering makan yang menahan kami di sini. Aku tak ambil pusing, biar mereka hilang semangat. Aku justru mendapat penyemangat. Celana dalam berpita yang kupakai kali ini sangat nyaman dan menggairahkan. Seperti memancar dan meruap ke seluruh pembuluh darah dan menstimulus syaraf motorik untuk bekerja. Aku semangat lagi.

Aku juga tak mengerti. Anak sudah punya dua, istri masih relatif muda. Apakah karena mereka nun jauh di Magelang makanya aku kesepian. Mau ke Dolly takut penyakitan, mau nyerempet istri orang bisa kena pasal, mau ngegodain gadis kok ya nggak mungkin. Entah ilham dari mana, dimulai ketika secara tak sengaja tas si Pairin terkuak sebagian dan menjulurkan celana dalam istrinya. Apakah anaknya salah memasukkan celana dalam untuk bapaknya. Aku penasaran dan mencurinya, lalu mulai menciuminya. Ada sensasi yang tak biasa.

Tak berhenti sampai disitu, aku juga penasaran bagaimana kalau aku mencoba memakainya. Edan, ternyata sensasinya lebih hebat lagi, aku seperti menelan ekstasi. Tak dapat kugambarkan dengan kata. Esoknya aku berinisiatif untuk mencari lebih banyak lagi. Selesai jam buruh, sekitar jam empat sore aku meluncur ke beberapa daerah sekitar untuk mencari celana dalam lain.

Sudah tiga tas kukumpulkan berisi celana dalam dan sebagian bra hasil jarahan. Semakin semangat setiap mendapatkan celana dalam yang lebih bagus dan lebih baru lagi. Semua tas kusembunyikan tanpa sepengetahuan Pairin dan Tejo, bahkan Pairin sampai kini tak tahu lenyap ke mana celana dalam istrinya yang secara tak sengaja terbawa itu.

***

Sepi, tak ada orang. Hanya sepoi angin menggoyang dedaunan. Rumah ini nampak tak sulit dimasuki. Aku menyelinap di daerah Sidosermo. Sudah dua hari kulakukan pengintaian. Ini saatnya, kutarik sebuah celana dalam dan sebuah bra. Berhasil. Ketika aku melangkah berbalik, sial tiang jemuran bergoyang dan jatuh menimpa sisi jendela rumah lalu kacanya pecah. Memecah kesunyian petang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun