Agama dijadikan sebuah alat untuk melegitimasi provokasi tersebut dengan menanamkan doktrin-doktrin yang di satu sisi memusuhi pemerintah dan di sisi lain mengagungkan tokoh pilihannya.
Selain terhadap politisi dan pemerintah, kelompok ini juga kerap menggencarkan aksi boikot dan tudingan anti-islam dan antek komunis syiah kepada individu bahkan korporasi yang tidak sejalan dengan pemikirannya. Mulai dari artis, stasiun tv, sampai ke perusahaan roti tidak lepas dari aksi boikot.Â
Sehingga secara tidak langsung mereka membentuk persepsi di dalam kepala para pengikutnya mengenai  pilihan musik, film, humor, makanan dan bermacam hal lain baik dan buruknya ditentukan oleh keinginan petinggi kelompok tersebut. Inilah yang akan menjadi embrio hilangnya objektifitas dalam melihat realitas yang nyata dan membawa mereka menuju dunia yang penuh khayalan.
Kenyataan ini mempertegas kesimpulan bahwa isu kebangkitan komunis, revolusi syiah, rezim anti-islam, dan masih banyak lagi, hanya merupakan bunga-bunga ilusioner yang ditanam dan dipupuk oleh mereka di dalam sebuah lingkaran suci bernama 'agama'.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H