Semenjak pandemi Covid-19 mewabah dunia, World Health Organization (WHO) memaklumatkan kebijakan physical distancing.
Oleh karenanya, dibuatlah sekenario interaksi antar manusia yang berjarak. Dalam hal ini, manusia harus menjauhi kontak fisik secara langsung dengan manusia yang lain.
Fenomena tersebut menyasar ke berbagai aspek aktivitas kehidupan. Mulai dari bidang profesi, pendidikan, hingga interaksi kontan.
Pada akhirnya, dunia mengalami gencatan untuk mengalihkan interkasi kontan menuju daring. Segala hal dari aspek aktivitas manusia yang berhubungan dengan kontak fisik dialihkan menjadi daring.
Penerapan daring dirasa perlu lantaran meminimalisir penyebaran Covid-19.
Karena Covid-19 sangat mudah menjangkit manusia lewat kontak fisik, maka satu-satunya jalan logis ialah menjauhkan manusia secara fisik.
Di samping iu, selayaknya mahasiswa, dalam melakukan kegiatan belajar mengajar di kampus harus didaringkan. Termasuk interaksi sesama mahasiswa atau dengan dosen. Segalanya berubah dari aktivitas fisik menuju nonfisik.
Nampaknya, perubahan ini berkecamuk larut. Sebab utamanya ialah antivirus dari wabah ini belum ditemukan.
Alih-alih hanya bertahan beberapa bulan saja dengan konsep daring, justru kita dipersiapkan menuju era new normal. Persiapan new normal menjadi ramai diperbincangkan sebab kita akan menuju cara aktivitas pada tatanan kehidupan yang baru.
Beberapa hal semacam bersekolah, berbelanja di pertokoan, atau berkeliling kota bakal berbeda dari yang sebelumnya kita jalani. Segala yang bisa dilakukan tanpa kontak fisik akan didaringkan.
Semakin maraknya aplikasi komunikasi daring, toko belanja online, lalu safari virtual yang disajikan beberapa lembaga swasta.
Semakin ke sini, pemikiran manusia pun selalu berpacu pada daring. Sukarnya "berpikir kontan" menjadikan sebab banyak kendala pada media daring. Dampaknya, manusia semakin menuntut bahwa kegiatan serba daring segera dinormalkan seperti sedia kala.
Tuntutan ini sangat berimbas pada beberapa hal yang menjadi kendala daring. Misalnya, anak usia dini ataupun bagi para lansia. Sebab penguasaan daring mayoritas hanya dimiliki bagi persona di umur produktif.
Sulitnya pembelajaran daring pada usia nonproduktif menjadi kendala utama pada era new normal. Hal ini menjadi persoalan kompleks di mana sebenarnya kita belum cukup siap untuk menjalani kehidupan yang baru.
Pandemi membuat seluruh tatanan kehidupan berubah. Namun, akan halnya virus, mereka tidak pernah dapat diajak kompromi. Kapan pun mereka bisa menyerang dan menjangkit makhluk hidup.
Adapun sebagai dampak darinya, maka setiap individu memang selayaknya siap sedia dalam menuai dampak pandemi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H