Mohon tunggu...
Isroi Isroi
Isroi Isroi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Berbagi Tak Pernah Rugi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Bangga dengan Bapakku

24 September 2013   06:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:29 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Alhamdulillah, dengan dorongan Bapakku, akhirnya aku bisa kuliah di Unsoed Purwokerto. Bapak membiayai kuliahku dari hasil berjualan Mi.

Tidak lama setelah saya lulus ujian pendadaran, Bapak jatuh sakit tepat setelah sholat 'iedhul fitri. Beliau terkena serangan 'stroke' dan harus rawat inap PKU Muhammadiyah Solo. Saya selalu menunggui Bapak selama di rumah sakit. Hanya sekali saja saya meninggalkannya, karena saya harus ke kampus untuk mendaftar wisuda. Alhamdulillah, akhirnya Bapak sembuh.

Setelah sembuh, Bapak membangun bagian atas warung menjadi mushola. Pembangunan itu Bapak kerjakan sendirian. Semua bahannya dari kayu dan papan. Subhanallah. Bapak semakin sehat dan semakin rajin beribadah.

Ketika kampung kami membangun masjid, Bapak sangat giat membantu pembangunan masjid itu. Bapak ikut menyumbang tenaga dan material untuk pembangunan majid. Setelah masjid itu berdiri, Bapak hampir selalu sholat wajib di masjid. Subhanallah. Allahuakbar.

Dengan dorongan dan doa Bapak, saya bisa melanjutkan kuliah saya di Institut Pertanian, Bogor, dilanjutkan di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dan saya bisa melakukan penelitian di Chalmers University of Technology, Gothenburg.

Suatu malam, sekitar pukul satu dini hari, HP saya berdering. Saya sudah tidur dan malas mengangkat HP itu. Ketika pagi habis sholat subuh saya lihat HP saya dan ternyata adik saya yang menelpon. Tidak biasanya adik saya menelpon dini hari. Beda waktu kami 6 jam. Dia biasanya menelpon siang, saya menerimanya malam hari.

Tidak beberapa lama telepon berbunyi lagi. Adik saya menelpon. Dari kejauhan dengan suara berat adik saya mengabarkan kalau Bapak sudah tidak ada dan sekarang menunggu dikebumikan. Innalillahi wa innalillahi roji'un. Serasa disamber geledek pada saat itu. Antara tidak percaya dan serasa di mimpi, kalau Bapak yang sangat saya cintai dan sangat saya hormati telah tiada.

Saya menangis seperti anak kecil di pangkuan istri saya. Hati saya hancur berkeping-keping. Bapak tiada ketika saya berada jauh darinya. Saya tidak bisa menemani Bapak ketika menghadapi sakaratul maut. Padahal dulu ketika Bapak sakit keras, saya selalu berada di sisinya. Saya juga tidak bisa pulang untuk menghadiri pemakamannya.

Menurut cerita adik dan keluarga, Bapak meninggal mendadak. Sehari sebelumnya Bapak masih kerjabakti membuat tower tandon air dan membangun atapnya. Sore hari, ketika hujan turun, tetangga-tetangga yang lain berteduh dari hujan, Bapak masih bekerja dan menyelesaikan pembuatan atap tandon air sumur umum yang letaknya di samping rumah itu. Selepas magrib Bapak pergi ke rumah Simbah menghadiri acara 'tahlilan' tiga hari meninggalnya Simbah Wedok. Pukul sebelas malam Bapak pulang ke rumah dan masih sempat membuat mie instant. Pukul dua belas malam, Bapak masih bercanda ngobrol dengan teman-teman adikku dan tetangga rumah.

Biasanya sebelum adzan subuh Bapak sudah pergi ke masjid. Hari itu Bapak belum bangun sampai lewat adzan subuh. Oleh Emak dibiarkan saja, karena dikira Bapak masih kecapaian setelah bekerja keras kemarin hari. Namun, ketika jam sudah hampir menunjuk angka 6, Emak membangunkan Bapak. Bapak diam saja, dan Emak menjadi panik. Emak lari memanggil adik saya. Adik saya segera datang dan membangunkan Bapak. Bapak diam tetap diam saja. Kemudian adik saya menelpon tetangga yang jadi perawat untuk memeriksa Bapak. Pagi itu Bapak dikabarkan sudah meninggal dunia. Adik saya langsung menelpon saya, tapi karena saya masih tidur dan dini hari saya tidak menjawab panggilan telepon itu.

Pagi itu suasana rumah jadi ramai. Tetangga-tetangga seakan tidak percaya dengan meninggalnya Bapak. Kabar menyebar cepat. Orang-orang ramai datang ke rumah. Bapak Walikota Magelang, anggota DPRD, sanak-saudara, dan pelanggan-pelanggan Bapak datang ikut mengantarkan jenasah Bapak dikuburkan di pemakaman Giridarmoloyo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun