Mohon tunggu...
Abimardha Kurniawan
Abimardha Kurniawan Mohon Tunggu... Dosen - Seperti semua hal yang harus melewati proses sejarah...

Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tuan Domis dan Batu Damalung

15 April 2023   07:00 Diperbarui: 15 April 2023   15:56 1322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ini pengajaran kalau siapa yang mau dapat tempat besar yang tentu dengan selamat, maunya musti pakai apa yang jadi kebaikan dengan betul terus terang dalam hatinya, dengan yang keras pegang agama, biar jangan dapat ingatan yang jadi busuk, supaya di belakang kali biar dapat yang terlebih kebesaran, di atas itu dapat jalanan ingatan, terlalu terang seperti Mentari dan Bulan. Semua orang musti tahu orang yang dapat kebesaran itu, orang yang turut perintahnya batara, tandanya yang menujukan siapa yang tiada turut itu perintah, dapat bagian hukuman neraka. 

Apa bekas pekerjaan yang sudah dijalani, itu menjadi pembelinya pekerjaan baru, lagi siapa yang kasih nama busuk sama orang, tentu dapatkan diri, dari itu jangan lupa pujinya supaya jangan sampai melanggar, apa yang jadi larangan, sungguh-sungguh, ini pengajaran yang betul, siapa yang bisa jalani, segala sing melihat sama dia terlalu cinta dengan hormatnya. 

Di atas muji tidak ada lebih dari tujuh Buku, baiknya, sungguh itu yang Tahun temponya dikerja 427."

Melalui terjemahan Melayu tersebut, kita dapat menangkap kesan bahwa apa yang tersurat di permukaan Batu Damalung adalah ajaran terkait moral. Kebaikan dan keburukan menjadi isu penting yang dibahas dalam teks inskripsi itu. Walaupun demikian, di masa kemudian, muncul ketidakpuasan terhadap hasil "kerja kroyokan" Domis dan para koleganya itu. 

Terbitan Domis beserta para koleganya itu mendapat sanggahan berarti dari Abraham Benjamin Cohen Stuart lima dekade kemudian. Sanggahan itu terbit di jurnal Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indi (Kontribusi bagi Ilmu Bahasa, Geografi, dan Etnologi Hindia-Belanda), volume 19, nomor 3, tahun 1873 (halaman 275-284), melalui sebuah artikel berjudul "Inscriptie op een' Steen in 's Rijks Museum van Oudheden te Leiden" (Inskripsi pada sebuah batu di Museum Purbakala Kerajaan di Leiden). 

Gambar 2. Prasasti Ngadoman ketika di ruang pamer museum. (Foto OD-10019 Sumber: digitalcollections.universiteitleiden.nl)
Gambar 2. Prasasti Ngadoman ketika di ruang pamer museum. (Foto OD-10019 Sumber: digitalcollections.universiteitleiden.nl)

Bacaan Cohen Stuart atas "Batu Damalung" atau "Prasasti Ngadoman" itu jauh lebih diterima daripada pendahulunya, bahkan hingga sekarang. Lagipula terbitan Domis tidak menyertakan hasil alih aksara yang dibuat oleh Ngabehi Ranadipura. Masalah itulah yang menjadi salah satu titik keberatan Cohen Stuart (selain-tentu saja-pembacaan Domis yang keliru atas angka tahun Batu Damalung). Kiranya memang penerjemahan yang bias diawali dari tahap alih aksara (transliterasi) yang tidak akurat. Terhitung sejak artikel Cohen Stuart tentang Batu Damalung itu terbit, hasil pembacaan Domis dan para koleganya nyaris dilupakan. 

Selain menampilkan terjemahan Melayu dan Belanda, terbitan Domis dalam Verhandelingen sebenarnya juga menyertakan sketsa "Batu Damalung". Terlihat dari tanda tangan yang disematkan pada sudut kanan bawah (I-Bik-Sot), gambar itu diperkirakan dibuat oleh Adrianus Johannes Bik, juru gambar yang beberapa tahun kemudian membuat sketsa sosok Pangeran Diponegoro yang terkenal itu (Gambar 1). Waktu itu, Bik termasuk dalam jajaran anggota Bataviaasch Genootschap. Walaupun hanya berkedudukan sebagai anggota biasa, namun Bik memeroleh tempat utama (hoofdplaats) lantaran jabatannya sebagai Asisten Residen. Daftar keanggotaan itu juga tidak menyebutkan Bik bertugas di karesidenan mana. Sangat mungkin, Bik adalah asisten Domis. Wilayah kerjanya saat itu adalah Karesidenan Semarang. 

Berdasarkan keterangan yang tersurat di bawah gambar, posisi Batu Damalung saat itu sudah berada di Salatiga, tepatnya di pekarangan rumah Domis. Jadi, Batu Damalung telah berada di lokasi keduanya setelah sebelumnya diangkut dari desa Ngadoman. Batu itu diletakkan dengan posisi berdiri. Sejumlah batu berukuran lebih kecil (kemungkinan ada empat namun yang terlihat hanya tiga) ditempatkan di sudut bawah prasasti sebagai penyangga. 

Selain itu, Bik sebisa mungkin meniru bentuk rangkaian aksara yang tersurat pada permukaan Batu Damalung. Sketsa Bik tampaknya dimaksudkan sebagai faksimile atas inskripsi Batu Damalung. Itulah hal teknis mendasar yang lazim dilakukan waktu itu sebelum teknologi pembuatan abklatsch dan reproduksi fotografi diperkenalkan di Hinda-Belanda beberapa dekade kemudian. Kiranya, itulah juga alasan mengapa terbitan Domis tidak menyertakan alih aksara. Sketsa Bik sudah cukup mewakili objek yang sedang dibahas. 

Sebagai catatan penutup, ketika Cohen Stuart membaca kembali inskripsi Batu Damalung, batu ini sudah berada di Leiden, Negeri Belanda. Entah sejak kapan batu itu berada di kota itu. Setidaknya pemindahan itu terjadi dalam rentang antara 1825 hingga 1873. Mungkin ada sumber lain yang memberikan informasi terkait proses pemindahan dari Salatiga ke Leiden. Foto Oudheidkunduge Dienst (Dinas Purbakala Hindia-Belanda) nomor OD-10019  tahun 1929 masih menampilkan Batu Damalung di ruang pamer museum (Gambar 2), akan tetapi kabar terakhir dari Dr. Tjahjono Prasodjo (2021), epigraf dari Universitas Gadjah Mada, menyebutkan bahwa Batu Damalung tidak lagi dipajang, melainkan "diistirahatkan" di salah satu rak ruang penyimpanan atau gudang (storage) koleksi Museum Volkenkunde, Leiden.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun