Mohon tunggu...
abikevianto
abikevianto Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jendral Sudirman "Bapak Tentara Indonesia, Panutan Bangsa"

18 April 2019   08:56 Diperbarui: 18 April 2019   09:14 2764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

ū

Jendral Sudirman  merupakan salah satu pahlawan yang ikut mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan mengusir tentara Belanda yang masih belum rela Indonesia merdeka. 

Ia dikenal sebagai Jendral yang melakukan perlawanan secara gerilya. Dengan menggunakan tandu, Jendral Sudirman yang saat itu sakit, keluar masuk hutan dan menyerang tentara Belanda hingga akhirnya mereka gentar dan angkat kaki dari bangsa Indonesia. Sudirman adalah Jendral yang memilki wibawa dan sangat disegani oleh anggota pasukannya. 

Wibawa Jendral Sudirman memang sudah tebentuk sejak kecil. Beliau memiliki tutur kata yang tenang dan bersifat solutif terhadap suatu masalah. 

Jarang yang mengetahui bahwa Jendral Sudirman telah berperan aktif di bidang pendidikan sebelum menjadi seorang Jendral besar. Banyak hal yang sudah beliau lakukan untuk mengubah Indonesia melalui pendidikan sebelum masuk ke militer.

Jendral Sudirman adalah tokoh pahlawan Nasional yang dikenal sebagai Jendral TNI Pertama di Indonesia. Juga dikenal sebagai perwira tinggi pada masa Revolusi Nasional  Indonesia. Berikut biodata Jendral Sudirman dan keluargannya :
Nama                          : Raden Soedirman
Dikenal                      : Jendral Sudirman
Tempat Kelahiran : Purbalingga, Jawa Tengah
Tanggal Lahir         : 24 Januari 1916
Wafat                          : Magelang, 29 Januari 1950
Orang Tua                 : Karsid Kartowiroji (ayah) dan Siyem (ibu)
Saudara                      : Muhammad Samingan
Istri                              : Alfiah
Anak                            : Didid Sutjiati, Didi Putjiati, Taufik Effendi, Titi Wahyuni Satyaningrum, Didi Praptiasti, Muhammad Teguh Bambang Tjahjadi

Jendral Sudirman dari keturunan rakyat biasa, yakni dari pasangan Karsid Kartowiroji dan Siyem. Ia dilahirkan di desa Bodaskarangjati, Purbalingga pada 24 Januari 1916. Sejak kecil, Sudirman sudah menjadi anak angkat keluarga Tjokrosoenarjo, dengan harapan agar kelak ia bisa sekolah. Istri tjokrosoenarjo itu tidak lain adalah kakak dari Siyem (ibu kandung Sudirman).

Sudirman mengawali dan membina debut ketokohannya dari lingkungan sipil atau lingkungan sosial kemasyarakatan. Sejak sekolah di MULO Wiworotomo, Sudirman sudah aktif di dalam kegiatan organisasi. Saat akti berorganisasi, Sudirman merupakan peserta didik yang tekun dan ulet. 

Bahkan diantara teman-temannya, Sudirman menjadi cermin sekaligus tempat bertanya soal pelajaran di sekolah, sehingga ia terkenal sebagai guru kecil atau pembantu guru. 

Ia kemudian menjadi aktivis Muhammadiyah di Cilacap, antara lain aktif di kepanduan Muhammadiyah atau yang terkenal dengan sebutan Hizboel Wathan (HW), juga di pemuda Muhammadiyah. Di lingkungan HW dan Pemuda Muhammadiyah ini, pembinaan Sudirman menjadi semakin efektif. 

Oleh karena aktivitas, tanggung jawab dan jiwa kepemimpinannya, Sudirman dipercaya sebagai pimpinan HW, Sudirman juga pernah menjadi  pimpinan Pemuda Muhammadiyah Wilayah Jawa Tengah. 

Pada waktu diadakan pemilihan kepala sekolah, ternyata Sudirman, ternyata tanpa pernah dibayangkan, Sudirman terpilih sebagai Kepala Sekolah HIS Muhammadiyah, sekalipun secara formal Sudirman bukan lulusan dari pendidikan guru.

 Memasuki masa pendudukan Jepang, Sudirman tampil  sebagai tokoh yang cukup dewassa dan tetap rendah hati. Jiwa kepemimpinannya begitu menonjol. 

Ia sangat memperhatikan nasib masyarakat. Pada masa pendudukan Jepang, banyak anggota masyarakat menderita dan jatuh miskin.. 

Sudirman mencoba membantunya dengan cara membentuk koperasi dagang yang diberi nama Perkoperasian Bangsa Indonesia atau Perbi. 

Koperasi ini ternyata dapat meringankan beban hidup masyarakat Cilacap. Pada waktu Jepang membentuk pasukan keamanan Pembela Tanah Air (PETA), Sudirman pun direkrut, dan kemudian dipercaya sebagai Daidanco (komandan batalion PETA) di Banyumas.

Demikian juga pada masa kependudukan Belanda, saat Sudirman dalam keadaan sakit dan dalam perwatan di rumahnya Bintaran, Yogyakarta, situasi politik nasional semakin memanas. Pada November 1948, hubungan antara Indonesia dengan Belanda semakin memburuk. 

Belanda terus berusaha meningkatkan kekuatan bersenjatanya. Menghadapi perkembangan yang semakin memburuk itu, sekalipun dalam keadaan sakit, Sudirman tetap melakukan koordinasi dengan para komandan agar semua kekuatan bersenjata bersiap siaga. 

Pada 19 Desember 1948, Belanda melancarkan serangan terhadap RI dengan menyerang ibukota RI Yogyakarta guna menangkap pemimpin-pemimpin pemerintah dan merobohkan pemerintah RI.

Hari itu juga Jendral Sudirman meninggalkan Yogyakarta dan memulai perjalanan gerilya yang berlangsung kurang lebih tujuh bulan lamanya. Buat seorang yang masih sakit, perjalanan seperti itu bukanlah perjalanan yang ringan, tak jarang Sudirman kekurangan makanan dan obat-obatan. Disamping itu, Belanda juga selalu berusaha menangkapnya. 

Pada tanggal 29 Januari 1950, Jendral Sudirman meninggal duni di Magelang, Jawa Tengah karena sakit tuberkulosis parah yang dideritanya. 

Ia dimakamkan di Taman Makan Pahlawan Kusuma Negara di Semaki,Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan. Pada 1997, ia mendapat gelar sebagai Jendral Besar Anumerta dengan bintang lima, pangkat yang hanya dimiliki oleh tiga Jendral di RI sampai sekarang, yaitu Soeharto, Abdul Haris Nasution dan dirinya sendiri.

Perjalanan hidup Sudirman telah meletakkan dasar-dasar kepribadian, karakter dan membangun jiwa kepemimpinannya Sudirman. Tokoh Sudirman adalah sosok yang pantas untuk diteladani. Ia seorang pribadi yang senang kerja keras, disiplin, jujur dengan empati yang tinggi. 

Ia adalah seorang pemimpin yang demokratis dari bertanggung jawab, sangat menghargai sesama dan rela berkorban untuk masyarakat, serta membela anak buahnya. 

Perjalanan hidup dan jiwa kepemimpinan Sudirman itu dibangun di tengah-tengah masyarakat dan diabdikan untuk kepentingan masyarakat dan bangsanya. 

Dengan realitas tersebut, sudah sepantasnya sosok Sudirman dengan segala dinamika hidup dan perjuangannya selalu kita kenang dan dijadikan cermin serta teladan bagi bangsa Indonesia. 

Apalagi jika diakaitkan dengan kondisi kehidupan dewasa ini, dimana bangsa kita sedang mengalami krisis keteladanan dan krisis kepemimpinan. 

Rasa percaya antarsesama komponen bangsa semakin menipis. Banyak anggota masyarakat yang kecewa karena melihat perilaku para pejabat dan pimpinannya yang menyalahgunakan wewenang, tidak peka terhadap kepentingan rakyat, dan lebih mementingkan kepentingan pribadi atau partainya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun