Mobil grab Avanza telah tiba di depan gerbang. Kami keluar dari kantor untuk menaiki barang-barang bawaan kami. Bang Bahtiarlah yang paling banyak barang bawaanya. Maklum, dia membawa istri dan anaknya. Jadi wajar sajalah. Sementara saya dan Bani hanya membawa sebuah tas pikul belakan. Mode tas Eiger dan ARey adalah gendre berbeda antara saya dan Bani.
"Bri, sapa Bani. Uda digembok semua pintu kantor kan? Sudah men. aman pokoknya".
Mobil grab yang kami naiki ternyata tidak cukup tempat duduknya sehingga kami harus berdesakan masuk ke dalam. Bang Bahtiar memilih duduk di depan. Sementara saya, Bani, dan anak istri bang Bahtiar berada di tempat duduk tengah yang harus berdesak-desakan. Anaknya bang Bahtiar akhirnya dipangku sang ibu agar terlihat leluasa sedikit ruang gerak kami. Dibangku belakan telah full dengan tas kami.
Mobil telah jalan menyusuri sepinya jalan Ibukota. Macet ibu kota belum terlalu nampak, kami tiba di St Gambir dengan seksama dan tentunya senang sekali.
Mba Dewi dan Mba Diah juga telah tiba lebih awal di St Gambir. Mereka berdiri di depan pintu masuk ruang tunggu dengan membawa tiga kantong plastik yang berisikan kue dan nasi uduk untuk sarapan pagi Tim Tour Jogja Setara Institute.
Bertemu mereka, cipika-cipiki sambil senyum tidak jelas mengekspresikan kebahagian kami. "Hallo Mba Dewi dan Mba Diah, gimana sehatkan? tanyaku. Hehehe.
"Ohiya dong, sehat selalu bray,"jawab mereka.
Tak tinggal diam, Mba Diah lalu membagikan kami menu sarapan diantaranya kue bronis dan gorengan ples akua botol. Mba Diah adalah bendahara Setara Institute, sedangkan Mba Dewi adalah asistennya. Mereka berdua sangat kompeten dibidangnya dan paling seruh diajak untuk bercanda. Tidak kaku dan tidak sensitif kepada saya dan Bani yang masih muda buanget ketimbang mereka yang jauh sekali umur mereka dengan kami.
Beberapa menit kemudian semua Tim Tour Setara Jogja mulai berdatangan satu persatu. Mereka semua membawa keluarga tercinta. Yaialah, mumpung ada kesempatan liburankan? Kami semua kemudian berkumpul di ruang tunggu sambil menunggu waktunya chek-in tiket. Dengan terus melihat waktu di layar hape, semakin dekat jadwal keberangkatan kami. Kira-kira 30 menit sebelum jadwal berangkatan, kami lalu dibagi tiket oleh bang Oki, semuanya telah terima tiketnya dan langsung menuju pintu chek-in.
Saya sebelum agenda Tour ini, tidak memiliki E-KTP hanya berupa kopian saja karena E-KTP asli saya hilang beberapa bulan kemarin sehingga saya harus mengurus surat kehilangan di Polsek Ciputat dengan dibantu sama kawan Polsek. Akhirnya dengan
surat kehilangan yang ditandangi pihak polsek itu membuat saya leluasa untuk bergerak ke Jogja. Jika tidak, saya pasti di cap orang ilegal. Hmm, tentu saya tidak mau hal demikian terjadi.
Masuk pintu chek-in yang di jaga ketat sama security, kami berbaris untuk proses chek-in. Saya kemudian mengeluarkan surat kehilangan dari dalam tas Eiger. Memegannya diselipin copian KTP dan tiket, saya lalu merapat menuju petugas chek-in. Sebelum petugas tersebut angkat suara, saya lalu menyodorkan dokumen yang telah saya pegan serayak berkata" ini surat kehilangan KTP mba ada copiannya KTPnya jua." Â Petugas yang juga perempuan itu hanya bisa berdiam dan melihat saja kemudian tiket saya diambil dan diregist melalui mesin. Lampu hijau dimesin chek-in telah menyala, bertanda telah berhasil.