Pada satu titik lewat sekumpulan pemuda berbakat dan memiliki potensi menendang sikulit bundar, harapan perdamaian itu pelan-pelan lahir. Awalnya tak pernah terbayang bisa seperti itu.
Ditahun 2005, pertandingan Sepak Bola Jhon Mailoa Cup pertama kali diadakan di Maluku. Lapangan Matawaru Desa Tulehu ditetapkan sebagai lokasi pertandingan.
Antusias pendaftaran banyak diminati, karena setelah konflik pelan teredam. Maluku telah membangun ikatan persaudaran Islam-Kristen lewat pertandingan Sepak Bola. Di covery dengan semangat pela gandong.
Tak begitu monoton, pendaftaran dipihak kalangan Islam. Sahabat Kristen pun ikut berpartisipasi untuk mendaftarkan diri. Perjalanan pertandingan Piala Jhon Mailoa Cup dijuara oleh Tim SSB Tulehu.
Selanjutnya, kabar bahagia datang dari PSSI Pusat. Bahwa akan ada kompetisi sepak bola antara Provinsi di Jakarta. Maluku termasuk yang wajib dan harus ikut.
Kabar baik ini tidak disia-siakan oleh Pemerintah Provinsi Maluku. Upaya pendataan pemain kini dilakukan. Tidak boleh harus Islam saja atau Tulehu saja yang ada dalam tim tetapi harus Maluku. Lepaskan ego sentris demi mengharumkan nama Maluku.
Tim sudah siap dibawa Asuhan Shany Tawainella. 2 orang asal Desa Passo yang bermayor Kristen ikut bergabung dalam Tim Maluku. Mereka kemudian berangkat menuju Jakarta.
DiJakarta, konflik masih terbawa dalam tim Maluku. Sempat adu fisik juga namum dengan kebesaran hati Shany Tawainella segalanya bisa teratasi.
"Beta bukan Tulehu, Beta Bukan Passo, Beta bukan Islam, Beta Bukan Kristen tapi Beta Maluku". Begitulah kata-kata Sany meredam amarah dan memotivasi anak asuhnya seperti diceritakan dalam Film Cahaya Dari Timur.
Selama kompetisi bergulir, Maluku kian berjalan mulus tak ada hambatan sedikitpun. Mungkin karena semangat Shany yang membahana dan menggelorakan semangat anak asuhnya.
Akhirnya partai final tercipta.
Maluku dan Jawa Timur bertemu dan dimenangkan oleh anak Asuh Sany Tawainella lewat adu penalti. Piala Medco Tingkat Nasional dibawa pulang ke Maluku.