Ahh, sa tanya ini bagaimana bisa seperti itu ade," tanya Miko lagi dengan luapan emosi diwajahnya.
Sa dan teman-teman juga tidak tahu menahu kaka, informasi yang beredar di ruang publik, kitorang diduga merusak bendera merah putih yang di depan pagar asrama. Padahal informasi itu tidak benar dan tidak ada sama sekali teman-teman disini yang melakukan itu," tutur Doly lagi.
Indonesia ini maunya apa e dari kitorang, emas dan tembaga dorang su bawa lari ke pulau Jawa sini. Minyak dan batubara sudah bikin dorang jadi kaya, tapi kitorang masih dijajah," ucap Miko dengan kekesalan membumbung tinggi.
Ohiyo sudah ade Doly, salam buat teman-teman situ. Nanti sa dan teman-teman di Jakarta sini mau galang aksi sollidaritas juga.
Komunikasi Miko dan Doly akhirnya berhenti. Cemas dan rasa prihatin mengucur seluruh tubuh mereka berdua.
Malam itu juga, Yesmon dan Miko memamfaatkan hapenya yang belum terkena serangan loubet. Kemudian digunakan untuk merangkul simpul organisasi mahasiswa.
Kebetulan juga, Miko dan kaka Yesmon merupakan mahasiswa aktif di salah satu Universitas Negeri yang ada di Jakarta Selatan.
Dibuatlah undangan konsolidasi, share disemua grup mahasiswa, teman-teman Papua yang di Jabodetabeka ajak merapat. Ini darurat dan sudah menghina orang Papua.
 "Monyet dan Babi Disuruh Mengibarkan Bendera Merah Putih, Orang Papua Dijajah Bangsa Sendiri. Kitorang Hanya Dapat Sirih dan Pinang".
kira-kira begitu tema dalam undangan konsolidasi yang disebar.