Mohon tunggu...
masjatii
masjatii Mohon Tunggu... Lainnya - anxiety

writing is life

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Ketika Politik Menjadi Syahwat

21 April 2019   23:12 Diperbarui: 21 April 2019   23:27 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teman saya masih saja bersungut-sungut menceritakan apa yang dialaminya. Dia juga menceritakan bahwa di proses kampanye gelagat itu sudah mulai memaklumi. Akan tetapi, orang-orang baik di sekelilingnya masih memaklumi. Ibaratnya, saya istilahkan, mereka melihat caleg itu " sedang mencari nafkah".

Tidak disangka, usianya proses kampanye ternyata masih berlanjut dengan perilaku lain yang tidak kalah aneh. 

Saya kemudian bertanya tentang teman-teman lain, caleg yang tidak lolos. Alhamdulillah, secara kejiwaan mereka baik-baik saja, walaupun secara keuangan tidak cukup baik. Saya malah menaruh respek tinggi kepada para caleg yang tidak terpilih itu.

Teman saya yang jujur dan berdedikasi ini komplain tapi nggak bisa ngapa-ngapain karena caleg itu punya posisi strategis di partai nya. Saya hanya berusaha menenangkan.

" Tenang... Sabar aja. Orang sabar biasa nya kesel....".hehe😂

Tak berapa lama, datang teman saya yang lain. Kami sudah 14 tahun tidak bersua. Kami bertukar informasi tentang pekerjaan masing-masing. Ketika mengenalkan rumah tulis dan menceritakan rencana-rencana kedepan, seperti gayung bersambut ternyata teman saya itu memang sedang merencanakan juga kegiatan yang mirip-mirip tapi belum ada eksekutor nya.

Jadilah kami sepakat untuk mengadakan kegiatan tersebut bersama. Teman saya itu, yang tadinya manyun,mulai sumringah. Perhatiannya teralih ke diskusi rencana kegiatan rumah tulis. Alhamdulillah.

Ternyata, tidak perlu berbondong-bondong menjadi caleg dan masuk dunia politik untuk berkontribusi banyak bagi masyarakat. Banyak sarana untuk melakukan perubahan. Tidak cukup kalau hanya berteriak, apalagi berteriak nya hanya 5 tahun sekali.

#sumber

Savana,Baban. Blogger Ngomong Politik. Jakarta : Elex Media Komputindo.2010 (hlm.16-18)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun