Mohon tunggu...
masjatii
masjatii Mohon Tunggu... Lainnya - anxiety

writing is life

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Ketika Politik Menjadi Syahwat

21 April 2019   23:12 Diperbarui: 21 April 2019   23:27 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kenapa,sih? Kok mukanya butek banget?" Tanya saya kepada teman saya. Malam itu kami sedang membicarakan rencana kegiatan untuk rumah tulis.

"Iya nih... Bete. Habis bgawal perhitungan suara di kecamatan," jawabnya.

"Terus, hasilnya gimana?" Tanya saya lagi. Kebetulan caleg yang berada di daerah pemilihannya kebanyakan teman saya juga.

"Ya... Yang berpeluang paling besar sih 1 orang. Satu lagi masih tipis peluangnya."

"Lumayan, dong," saya berusaha membesarkan hati.

" Yang bikin bete, tadi caleg yang berpeluang lolos itu minta kita 'ngatur' gimana caranya menggelembungkan suara supaya bisa dapat 2 kursi," jawab dia. Sedih bener kelihatannya.

Sumpah!

Kaget banget mendengar kabar dari temen saya ini, yang merupakan tim sukses salah seorang caleg yang pada akhirnya tidak terpilih. Akan tetapi, dedikasinya pada partai, membuat dia masih terlibat untuk mengawal perhitungan suara hingga tahap akhir. Mengagetkan karena permintaan pengelembungan suara itu muncul dari orang yang sebelum pemilihan ini adalah legislator dan kini maju lagi menjadi caleg.

Kaget karena caleg ini tidak mewakili karakter dan jati diri partainya. Menggelembungkan suara adalah perbuatan curang yang tidak hanya mencederai hasil pemilu, tetapi juga mencederai komitmen menjadi wakil rakyat. Bagaimana mungkin berharap bangsa ini tambah baik jika prosesnya sudah tidak baik?

Kaget karena pengelembungan ini dilakukan salah satu caleg dari partai yang saya contreng. Kalau yang melakukan partai lain, yang memang menggunakan cara-cara seperti itu, mungkin dianggap lumrah karena sangking tidak percaya jati dirinya. Akan tetapi, pengelembungan ini dilakukan caleg dari partai yang saya dambakan untuk melakukan perubahan.

Ternyata, jika politik sudah menjadi syahwat , apapun memang bisa dilakukan, tidak lagi peduli dengan jati diri, karakter, dan visi partai. Suara yang diraihnya menjadi semu karena jika dia menyarankan cara yang tidak layak seperti itu, sebenarnya siapa yang diwakilinya? Mengerikan, karena untuk 5 tahun ke depan dia akan kembali duduk sebagai legislator. Mengerikan, karena dia tidak sendirian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun