Mohon tunggu...
Abi Husain
Abi Husain Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa STEI SEBI Perbankan Syariah

seorang mahasiswa yang sedang belajar menulis artikel dengan baik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konsep Kepemimpinan dalam Perspektif Agama

6 September 2022   13:08 Diperbarui: 6 September 2022   14:01 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Abu Hatim berkata bahwa Sunah Rasulullah secara eksplisit menegaskan setiap pemimpin yang bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Jadi menurut saya setiap orang itu mempunyai tanggung jawab atas kepemimpinannya dan orang orang yang di pimpinnya.

Ketika itu beliau mengatakan: "Jika sekarang ini kalian menganggap segala sesuatu sudah normal maka merasa heranlah." Ketika itu beliau mengatakan: "Jika sekarang ini kalian menganggap segala sesuatu sudah normal maka merasa heranlah."  

Di saat imam ahmad bin hambal mengatakan ini karena imam ahmad melihat kejanggalan seperti orang yang tidak pantas atau tidak berkomepeten dalam hal memimpin ini maka kita wajib heran sehingga terjadi suatu krisis kepemimpinan yang tedapat krisis 4 dimensi antara lain:

1. krisis sikap proaktif

Karena ini sikap yang di butuhkan oleh umat islam untuk kemajuannya tetapi mengapa malah bangsa romawi yang memiliki sikap proaktif dalam kejahatan untuk menyerang umat islam berikut adalah sikap yang dimiliki oleh bangsa romawi:

1. Paling cerdik di kala terjadi fitnah.

2. Paling cepat bangkit setelah ditimpa musibah.

3. Paling segera kembali menyerang setelah kekalahan.

4. Paling baik kepada orang miskin, anak yatim dan orang

lemah.

5. Paling tangguh dalam menghadapi kelaliman para raja

(penguasa).

2. krisis perasaan

Kebanyakan umat islam hanya memikirkan kedudukan dan kesenangan dalam memimpin tanpa merasakan bahwa memimpin itu adalah jabatan yang di emban dengan tanggung jawab yang berat

3. krisis lemahnya kinerja pemimpin

Kita mendengar bahwa kepemimpinan adalah jati diri yang di lahirkan bukan di cetak. Jadi hanya segelintir manusia yang memiliki kepribadian soal kepemimpinan yang layak menjadi pemimpin, tetapi dalam masalah ini pun banyak ilmuan yang masih bertentangan ada yang mengatakan jika kepemimpinan itu harus di pelajari, dan bukan berasal dari gen lahir. Jadi menurut pemulis di sini ya dan tidak, Kita bisa mempelajari teknik -- teknik keterampilan - keterampilan dan metode - metode berbicara dan sebagainya dengan mudah. 

Dan kita juga bisa menguasai teori - teori, strategi - strategi dan teknik - teknik kepemimpinan melalui training-training pendek atau panjang. Akan tetapi yang tidak bisa kita kuasai dengan mudah adalah sensitifitas (kepekaan), akselerasi aksioma keyakinan, emosi, kecenderungan, minat, perasaan cinta dan bahagia serta hal - hal emosional lainnya yang turut mencetak seorang pemimpin. Kenyataannya ada orang - orang yang diberi bakat memimpin sementara yang lainnya tidak, kepemimpinan bisa diajarkan dan tidak bisa diajarkan. Seorang pemimpin bisa dicetak melalui pelatihan, pengajaran, penajaman kompetensi dan pengarahan.

Komentar saya dalam artikel ini:

Kita bisa mengetahui bahwa kita adalah pemimpin dan dalam memilihnya pun tidak boleh asal pilih, adanya krisis krisis orang yang memimpin pun saya menjadi tau bagaimana menjadi pemimpin yang baik, dan ada juga keterampilan yang di cetak atau di pelajari untuk memimpin dan juga ada yang sudah dalam bawaan lahir seperti kepekaan,kecendrungan, minat,perasaan yang sangat susah untuk di bentuk atau di pelajari karena orang mempunyai sikap masing masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun