Mohon tunggu...
Abi Hasantoso
Abi Hasantoso Mohon Tunggu... Akuntan - Jurnalis

Lahir di Jakarta pada 26 Februari 1967. Berkecimpung di dunia jurnalistik sebagai wartawan Majalah HAI pada 1988 - 1994. Selama bekerja di majalah remaja itu ia sempat meliput konser musik New Kids On The Block di Selandia Baru dan Australia serta Toto dan Kriss Kross di Jepang. Juga menjadi wartawan Indonesia pertama yang meliput NBA All Star Game di Minnesota, AS. Menjadi copywriter di tiga perusahaan periklanan dan menerbitkan buku Namaku Joshua, biografi penyanyi cilik Joshua Suherman, pada 1999. Kini, sembari tetap menulis lepas dan coba jadi blogger juga, Abi bekerja di sebuah perusahaan komunikasi pemasaran.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Warga Tobelo dalam di Antara Citra Buruk dan Realitas Perubahan di Dalam

6 Agustus 2024   20:40 Diperbarui: 6 Agustus 2024   20:42 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Warga Tobelo Dalam di Antara Citra Buruk dan Realitas Perubahan di Dalam"

Jika seniman teater plus aktivis hak-hak perempuan asal Amerika Serikat, Eve Ensler, bilang bahwa penamaan itu sama sekali tidak pernah bebas nilai, tampaknya sukar untuk menafikan kebenaran ucapannya itu. Realitas keseharian kita pun menunjukkan pemilihan nama dan penyebutan tak jarang dilakukan pihak tertentu untuk memberi stereotip kepada yang ditunjuk. Dalam istilah Ensler, bahasa dan pemberian nama memberikan pengaruh besar terhadap persepsi dan realitas yang kita indra.

Lebih jauh, menurut Sosiolog dan Ahli Teori Kebudayaan Prof. Stuart Henry McPhail Hall, stereotip pemaknaan pihak lain dalam format binary (ditandai oleh dua benda atau dua bagian) membuat "mereka" kerap dikeluarkan dari  tatanan "normal dan media menjadi salah satu agen yang turut mereproduksi pemahaman itu.

Pencitraan yang kerap tidak sesuai dengan  realitas empiris.

Misalnya penyebutan kata "Samin" di kalangan masyarakat Jawa yang berkonotasi negatif, yakni "pemberontak", "keras kepala", "tambeng", untuk istilah "Sedulur Singkep" atau "Wong Singkep", yang dipilih oleh para "penganut"-nya.

Hal serupa terjadi pula di banyak komunitas adat, misalnya Suku Anak Dalam yang menolak sebutan "Orang Kubu". Juga di Halmahera, ketika warga Suku Tobelo Dalam (O'Hongana Manyawa) menolak sebutan "Suku Togutil" yang banyak ditulis orang-orang di luar mereka.

Persoalannya, kata "Togutil" sudah lama digunakan sebagai sebutan yang mengandung banyak prasangka negatif bagi Suku Tobelo Dalam. "Togutil" telah lama membawa makna orang-orang malas, tak pernah atau jarang mandi, emosional, dan memandang biasa laku pembunuhan. Bahkan hingga anggapan sebagai kanibal yang tentu sangat tak nyaman buat warga Tobelo Dalam.

Padahal, kata Sosiolog Universitas Muhammadiyah Maluku Utara Syaiful Madjid, kata "Togutil" sebenarnya sebutan yang awalnya dikemukakan oleh peneliti asal Belanda, J. Platenkamp, yang pernah tinggal lama bersama  warga Tobelo Dalam di belantara Halmahera. Mengutip disertasi Platenkamp, "Tobelo: Ideas and Values of a North Moluccan Society", Syaiful menegaskan bahwa Platenkamp telah mendokumentasikan secara mendalam adat-istiadat, sistem kepercayaan, dan struktur sosial masyarakat Tobelo.

"Platenkamp pernah tinggal lama di kompleks Dufa-Dufa, Tobelo, Halmahera Utara. Ia juga lama menelusuri dan tinggal di Kampung Kusuri hingga Iga Labi-Labi," ujar Syaiful. Nama-nama tempat yang disebut Syaiful itu dikenal sebagai kawasan hunian kaum Tobelo Dalam.

"Togutil" sendiri, kata Syaiful, datang dari bahasa Tobelo, yakni dari kata "O 'Tau Gutili" atau rumah pengobatan. Karena itu, Syaiful mengaku tidak suka dengan penggunaan istilah tersebut untuk menunjuk warga Tobelo Dalam.

"Saya juga tidak suka dengar orang bilang warga Tobelo Dalam itu primitif. Mereka berbudaya dan punya makna soal kehidupan, mereka punya sistem nilai dan kepercayaan," ungkap Syaiful, yang di masa kecilnya tinggal di Dodaga, Halmahera Timur, tempat masyarakat Tobelo Dalam atau O'Hongana Manyawa bermukim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun