Mohon tunggu...
Abi Hasantoso
Abi Hasantoso Mohon Tunggu... Akuntan - Jurnalis

Lahir di Jakarta pada 26 Februari 1967. Berkecimpung di dunia jurnalistik sebagai wartawan Majalah HAI pada 1988 - 1994. Selama bekerja di majalah remaja itu ia sempat meliput konser musik New Kids On The Block di Selandia Baru dan Australia serta Toto dan Kriss Kross di Jepang. Juga menjadi wartawan Indonesia pertama yang meliput NBA All Star Game di Minnesota, AS. Menjadi copywriter di tiga perusahaan periklanan dan menerbitkan buku Namaku Joshua, biografi penyanyi cilik Joshua Suherman, pada 1999. Kini, sembari tetap menulis lepas dan coba jadi blogger juga, Abi bekerja di sebuah perusahaan komunikasi pemasaran.

Selanjutnya

Tutup

Hukum Artikel Utama

Catatan Sebulan Invasi dan Agresi Rusia: Anda Masih Tertawa di Atas Tangis Kematian Tragis Rakyat Ukraina?

26 Maret 2022   13:24 Diperbarui: 27 Maret 2022   18:00 1334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi jurnalis meliput wilayah konflik. (sumber: Presslab/Shutterstock via kompas.com)

Jika ada di antara kita, atau bahkan Anda, masih bisa mengelu-elukan Vladimir Putin atas kekejian yang ia bawa dan hunjamkan kepada tubuh-tubuh ringkih anak-anak Ukraina, tanyakan hal ini kepada nurani Anda.

Pihak manakah yang pertama kali menyerang sebuah negara merdeka, negara yang memiliki kedaulatan untuk melakukan apa pun sesuai kepentingan dan haknya untuk menentukan nasib sendiri? Ukraina-kah?

Sebagai warga dunia yang sehat dan mampu berpikir kritis, sebaiknya kita bebas dari berpikir biner. Siapa pun yang menginisiasi perang lebih dulu, yang membuat korban sipil berjatuhan, maka negara/kepala negara negeri pelaku agresi itulah yang harus disalahkan karena jelas dialah itulah yang melakukan crime against humanity (pelanggaran HAM) secara terang-terangan.

Dalam konteks itu orang sehat akan menyalahkan Vladimir Putin karena perintah perang memang muncul dari dia. Bukan mengelu-elukannya sembari menutup mata terhadap kekejian perang yang telah terjadi. 

Tak bisakah Anda sedikit berempati dan membayangkan seandainya itu terjadi pada keluarga Anda?

Setelah sebulan aksi militer Rusia ini setidaknya sudah ada 1200 rudal ditembakkan ke kota-kota di Ukraina. Pembagkit listrik tenaga nuklir pun tak luput dari penyerangan. 

Gedung sekolah dan rumah sakit menjadi sasaran yang mengakibatkan kerusakan. Lebih kejamnya lagi perumahan warga sipil Ukraina tak luput dari aksi bombardir militer Rusia. Warga sipil di Mariupol ditembaki dan dikepung. 

Tak terhitung betapa banyak korban meninggal yang harus dikubur di jalanan. Dan yang paling menyayat hati lebih dari 130 anak di Ukraina meninggal dunia karena invasi dan agresi Rusia ke Ukraina.

Padahal dunia awalnya memprediksi penyerahan diri Kyiv hanya akan butuh waktu 72 jam saja. Tapi kenyataan yang terjadi - hingga sebulan aksi militer berjalan --Angkatan Bersenjata Ukraina tetap bertahan melakukan perlawanan. 

Seperti rakyat Indonesia merebut kemerdekaannya dari tangan penjajah, warga Ukraina saling membantu serta tak sedikit yang rela mengorbankan nyawanya demi kedaulatan dan kemerdekaan Ukraina.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun