Ketika Raka kembali ke desa, penduduk desa sedang mempersiapkan diri untuk pertempuran. Raka mengumpulkan mereka dan menjelaskan situasinya. "Kelompok Cakar Besi akan menyerang kita dalam waktu dekat. Mereka membawa bahan peledak dan alat berat."
Keesokan harinya, pertempuran dimulai dengan ketegangan yang meningkat. Suara derap kaki pasukan dan teriakan perintah Guntur Wira menggema di hutan. "Hancurkan segalanya di jalan kalian!" teriak Guntur. Pasukan Cakar Besi bergerak maju dengan semangat penghancur, menghancurkan segala sesuatu di hadapan mereka.
Penduduk desa bersiap di garis depan, melawan dengan segenap tenaga. Wulanga muncul dari sungai dan menggunakan kekuatan magisnya untuk melawan pasukan perusak. Gelombang besar dan semburan air melawan serangan Cakar Besi, sementara Raka memimpin penduduk desa dalam pertahanan. "Jangan biarkan mereka menghancurkan sungai!" teriak Raka.
Pertempuran berlangsung sengit. Guntur Wira memimpin pasukannya dengan brutalitas yang mengerikan. Suaranya yang berat dan perintahnya yang menakutkan membuat suasana semakin tegang. Dengan kapaknya yang besar, Guntur menghantam tanah, menciptakan getaran yang mengguncang bumi. Raka dan penduduk desa berjuang keras melawan serangan yang datang dari segala arah.
Dalam satu momen kritis, Guntur Wira berhasil menembus barisan penduduk desa. Raka berlari untuk menghadapi ketua perusak itu. Bentrokan antara Raka dan Guntur sangat sengit, dengan kapak Guntur melesat dan Raka berusaha menghindar dan melawan. Suara benturan logam dan teriakan kesakitan memenuhi udara.
Raka mengandalkan semua keterampilannya. Ia menghindari setiap serangan dan membalas dengan serangan yang terarah. Dalam momen puncak pertempuran, Raka berhasil mengalahkan Guntur Wira dengan serangan terakhir yang kuat, yang membuat pemimpin perusak itu terjatuh ke tanah.
Setelah Guntur Wira dikalahkan, pasukan Cakar Besi mulai mundur. Wulanga, dengan kekuatan magisnya, menciptakan gelombang besar yang menghantam pasukan perusak, memastikan mereka tidak kembali. Penduduk desa merayakan kemenangan mereka dengan penuh rasa syukur.
Ketika ketegangan mereda, Wulanga muncul di permukaan air, bersinar di bawah sinar matahari sore. "Kalian telah melindungi rumah kalian dengan berani," kata Wulanga. "Aku percaya kalian akan menjaga alam ini dengan baik. Semoga kedamaian ini bertahan lama."
Dengan hati penuh rasa syukur, Raka memandang ke arah desa mereka yang aman dan damai. "Kami berterima kasih atas bantuanmu, Wulanga. Kami akan menjaga keseimbangan alam dan tidak akan melupakan pelajaran ini."
Wulanga merunduk sebagai tanda penghormatan sebelum kembali ke kedalaman sungai, meninggalkan Raka dan penduduk desa dalam suasana tenang dan penuh harapan. Masyarakat desa Tanjung Sari kembali ke kehidupan sehari-hari mereka, menjaga harmoni dengan alam, dan terus memperingati perlunya pelestarian dan keseimbangan yang mereka pelajari dari petualangan berani Raka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H