Mohon tunggu...
Abidah Ida
Abidah Ida Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru adalah Seniman.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pentingnya Kesehatan Mental: Pembelajaran P5RA di MTs Negeri Kota Probolinggo Bersama PUSPAGA

13 Desember 2024   19:42 Diperbarui: 13 Desember 2024   19:42 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto kepala madrasah, narasumber, dan moderator pada acara Curhat Bareng PUSPAGA. Sumber: dokumentasi madrasah

PUSPAGA (Pusat Pembelajaran Keluarga). Usai salat Dhuha, peserta didik MTs Negeri Kota Probolinggo langsung duduk di halaman madrasah dengan barisan terpisah antara laki-laki dan perempuan. Mereka bersiap diri untuk mengikuti kegiatan Curhat Bareng PUSPAGA dengan topik Kesehatan Mental.

Kegiatan Curhat Bareng PUSPAGA merupakan salah satu dari rangkaian pembelajaran P5RA dengan tema Bangunlah Jiwa Raganya. Kegiatan pembelajaran P5RA dilakukan di dalam dan di luar kelas selama satu pekan. Berbagai macam kegiatan telah diikuti oleh peserta didik, mulai dari kegiatan mengenal diri sendiri, mengidentifikasi permasalahan di madrasah, menonton video pembelajaran tentang kesehatan mental dan gangguan kepribadian, serta belajar dengan narasumber ahli di Polresta Kota probolinggo tentang kenakalan anak.

Kegiatan ini dibuka secara langsung oleh kepala MTs Negeri Kota Probolinggo. Dalam sambutannya, Drs. Tawin menyampaikan "Kegiatan Curhat Bareng PusPaGa ini diselenggarakan dengan tujuan agar kalian bisa tumbuh dan berkembang secara sehat, tidak hanya sehat fisiknya saja, melainkan mentalnya juga sehat. Sehingga kalian bisa menjadi generasi penerus bangsa yang sehat jasmani dan rohani."

Endhofari, S.Sos. selaku moderator membagi acara ini menjadi beberapa sesi, yaitu sesi penyampaian materi, tanya jawab, dan kuis. Bertindak sebagai narasumber pada kegiatan ini adalah Novita Dwi Ariyani, S.Psi., M.Psi. perwakilan dari Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Probolinggo. Seluruh warga MTs Negeri Kota Probolinggo mengikuti kegiatan dengan tertib dan antusias. Berikut adalah ulasan materi yang dibahas pada kegiatan tersebut.

Apa itu kesehatan mental?

Dalam materinya Novita mengatakan kesehatan mental berkaitan erat dengan kontrol diri seseorang terhadap peristiwa atau perilaku yang terjadi di sekitarnya. Kesehatan mental seseorang sangat berpengaruh terhadap respon yang akan diberikan ketika mengalami suatu kejadian. Menurut Novita orang yang sehat mentalnya tidak akan mengganggu orang lain yang ada di sekitarnya. Justru ia akan memberikan kontribusi positif terhadap komunitasnya dan hidup harmonis dengan orang-orang yang ada di sekelilingnya. Kesehatan mental itu sendiri meliputi beberapa aspek, yaitu emosi, kognisi, dan perilaku. Ketiga aspek tersebut harus berfungsi secara utuh.

Agar kesehatan mental terjaga, kita harus memiliki filter yang kuat. Segala ucapan negatif tentang diri kita yang diucapkan orang lain, jangan langsung dimasukkan dalam hati, akan tetapi lakukan filterisasi terlebih dahulu. Karena sesungguhnya diri kita sendirilah yang dapat mengendalikan perasaan kita. Apakah kita mau bahagia atau sedih, semua tergantung diri kita sendiri.

Mengapa ada peserta didik yang melakukan bullying? 

Madrasah sebagai tempat belajar sudah seharusnya mengajarkan bagaimana cara berperilaku yang mencerminkan mental yang sehat. Apabila terdapat peserta didik yang terindikasi mengalami gangguan kesehatan mental, maka harus segera mendapatkan penanganan. Salah satu contoh yang diberikan Novita tentang peserta didik yang tidak sehat mental adalah peserta didik yang sering melakukan bullying. "Jadi kalau ada teman kalian suka melakukan bullying baik secara verbal, fisik, sosial maupun cyberbullying, maka bisa dikatakan kesehatan mentalnya sedang terganggu." ucap Novita.

Novita menjelaskan bahwa peserta didik yang melakukan bullying, pada dasarnya adalah orang yang memiliki harga diri yang rendah. Ia tidak mampu bersaing dengan teman-temannya yang memiliki harga diri lebih tinggi. Sehingga untuk mengekspresikan rasa frustasinya ia melakukan bullying.

Bagaimana cara menghadapi pelaku bullying?

Pada kegiatan ini, Novita juga memberikan tips cara menghadapi pelaku bullying. Dalam penjelasannya, Novita menyebutkan apabila kita mendapatkan perlakuan bullying, maka yang harus kita lakukan adalah katakan dengan tegas bahwa kita tidak suka dengan perlakuan tersebut dan memintanya agar tidak mengulanginya kembali. Jika perilaku bullying terjadi lagi, maka ulangi lagi cara yang pertama. Jika masih terulang kembali, maka langsung jauhi pelaku bullying, putuskan pertemanan dengannya dan segera laporkan pada orang dewasa yang ada di sekitar kita. Apabila perilaku bullying terjadi di sekolah, maka segera laporkan pada guru.

Tips yang lainnya adalah lawan pelaku bullying. Langkah ini bukan berarti bahwa kita diperbolehkan membalas dengan perilaku yang sama. Namun, kita harus menunjukkan bahwa kita adalah pribadi yang kuat, yang tidak mudah di-bully. Karena pada dasarnya para pem-bully itu akan mencari orang-orang yang lemah untuk dijadikan korban.  

Menurut Novita, dalam menghadapi pelaku bullying perlu diterapkan komunikasi efektif dengan cara menyampaikan ketidaksukaan kita pada perilaku yang mengarah pada bullying dengan menyertakan alasannya dan meminta agar tidak mengulangi perilaku itu lagi. Hal ini bertujuan agar pelaku bullying mengetahui bahwa perilakunya tidak dibenarkan dan bisa membahayakan orang lain.

Peserta didik bertanya kepada narasumber. Sumber: dokumentasi pribadi
Peserta didik bertanya kepada narasumber. Sumber: dokumentasi pribadi

Bagaimana cara mengontrol diri?

Dalam sesi tanya jawab, seorang peserta didik bercerita bahwa ada temannya yang suka dengan kakak kelas. Temannya suka deg-degan apabila melihat atau bertemu dengan kakak kelasnya. Peserta didik itu menanyakan bagaimana caranya agar tidak deg-degan ketika bertemu dengan orang yang kita sukai.

Novita menjawab, kita harus bisa mengendalikan perasaan kita, seperti rasa deg-degan, khawatir, cemas, dan takut. Perasaan-perasaan tersebut bisa dikendalikan dengan cara memberi jeda, yaitu menarik napas secara dalam melalui hidung dan menghembuskannya secara perlahan lewat mulut. Lakukan secara berulang sampai kita menjadi tenang. Novita mengajak peserta didik untuk mempraktikkan secara langsung teknik pernapasan yang dapat membuat diri menjadi tenang.  

Novita juga menambahkan bahwa perasaan suka dengan lawan jenis adalah sesuatu yang wajar, sesuai dengan fitrah manusia. Namun, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kita bisa mengontrol diri kita agar rasa suka itu tidak berdampak negatif pada diri sendiri. Selain itu, Novita juga menjelaskan apabila kita menginginkan sesuatu, maka harus ada ikhtiar yang diupayakan. Ikhtiar tersebut bisa berupa aksi nyata atau melalui doa. Sebagai contoh, apabila kita menyukai seseorang yang berprestasi, sedangkan kita adalah orang biasa saja, maka jadikan diri kita berprestasi terlebih dahulu. Dengan demikian orang yang kita sukai akan melihat kita, melalui prestasi yang kita torehkan.

Peserta didik bertanya kepada narasumber. Sumber: dokumentasi pribadi
Peserta didik bertanya kepada narasumber. Sumber: dokumentasi pribadi

Jangan lupa berikan dukungan kepada teman

Pertanyaan lain yang muncul pada kegiatan ini adalah seorang anak sering melihat temannya murung dan sedih. Setelah ditanya ternyata teman itu sering mendapatkan perlakukan kasar dari orang tuanya. Apa yang harus dilakukan untuk menyikapi permasalahan yang dihadapi oleh teman tersebut.

Novita berpendapat bahwa yang harus dilakukan pertama adalah menunjukkan rasa empati terhadap permasalahan yang dihadapi oleh orang lain. Kedua, membantu orang lain untuk menganalisis penyebab terjadinya permasalahan. Ketiga, membantu mencari solusi berdasarkan permasalahan. Semua itu harus dilakukan dengan bahasa yang baik karena kita tidak pernah tau kondisi perasaan seseorang pada waktu itu.

Apabila menemukan seseorang yang sedang mengalami permasalahan, jangan langsung dihakimi, dan ditinggalkan. Melainkan dekati dia agar mau bercerita permasalahannya tanpa ada yang ditutup-tutupi. Jadilah pendengar yang baik dan bijak. Tunjukkan rasa empati kita dan berikan solusi terbaik. Sebagaimana istilah yang saat ini sedang tren, we listen we don't judge.

  

Kegiatan Curhat Bareng PUSPAGA menjadi langkah nyata yang diambil oleh madrasah dalam mempersiapkan generasi emas yang tangguh, sehat secara mental dan fisik, dan siap menaklukkan tantangan di masa yang akan datang. Dengan demikian, madrasah tidak hanya menjadi tempat untuk belajar akademis saja, tetapi juga tempat untuk membentuk karakter dan kesehatan mental para peserta didik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun