Mohon tunggu...
Abidah Ida
Abidah Ida Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru adalah Seniman.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Antara Nilai dan Kesehatan Mental

2 Desember 2024   16:33 Diperbarui: 2 Desember 2024   16:35 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dunia pendidikan, nilai yang dihasilkan dari asesmen atau penilaian menjadi tolok ukur utama yang menentukan kesuksesan akademis peserta didik. Peserta didik dianggap sukses secara akademis apabila memiliki nilai yang tinggi. Begitu juga sebaliknya, peserta didik dengan nilai standard atau kurang dianggap tidak berhasil dalam akademis.

Asesmen atau penilaian penting dilakukan agar guru dapat menilai kemampuan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran pada satu periode tertentu. Bentuk asesmen yang sering ditemui oleh peserta didik adalah asesmen sumatif. Namun, di balik urgensi asesmen sumatif, terdapat tantangan besar yang harus ditaklukkan oleh peserta didik, yaitu bagaimana menyeimbangkan antara pencapaian akademik dan kesehatan mental.  

Artikel ini akan membahas tentang hubungan nilai akademis dengan kesehatan mental, serta bagaimana menjaga keseimbangan yang sehat antara keduanya.

Asesmen sumatif: Mengukur Pencapaian atau Menambah Beban?

Asesmen sumatif diartikan sebagai salah satu bentuk asesmen yang dilakukan pada akhir semester dan atau akhir tahun. Tujuan asesmen sumatif adalah untuk mengukur penguasaan peserta didik terhadap tujuan pembelajaran secara menyeluruh dan nilai yang dihasilkan dianggap sebagai nilai akhir.

Proses asesmen sumatif seringkali membawa tekanan tersendiri bagi peserta didik. Momen asesmen sumatif bisa menimbulkan kecemasan, terlebih lagi bagi mereka yang berpikir bahwa hasil asesmen sumatif dapat mempengaruhi masa depan. Perasaan khawatir selama asesmen dapat berkontribusi pada munculnya gangguan mental seperti insomnia, stres, kecemasan berlebihan, dan depresi.

Kesehatan Mental Peserta Didik Harus Diutamakan 

Kesehatan mental dimaknai sebagai kondisi psikologis dan emosional seseorang sehingga memungkinkan baginya untuk menjalani kehidupan dengan baik. Di dunia pendidikan, kesehatan mental memiliki kontribusi yang besar terhadap performa peserta didik di sekolah, baik secara akademik maupun sosial. Peserta didik yang sehat mentalnya menunjukkan prestasi yang lebih baik dan memiliki hubungan sosial yang harmonis dengan orang-orang di sekitarnya. Sedangkan peserta didik yang mengalami stres dan kecemasan berlebihan memiliki prestasi yang kurang baik, sering membuat masalah atau cenderung menutup diri.

Mencari Keseimbangan Nilai dan Kesehatan Mental

Agar keseimbangan antara nilai dan Kesehatan mental dapat terwujud, diperlukan adanya pendekatan yang lebih holistik dalam pendidikan. Berikut akan dijelaskan langkah-langkah untuk menciptakan keseimbangan antara nilai dan kesehatan mental peserta didik:

Fokus pada proses pembelajaran, bukan hanya nilai.

Tidak bisa dipungkiri setiap orang tua pasti mengharapkan anaknya meraih nilai atau prestasi yang tinggi. Harapan yang tinggi ini seringkali bermanifestasi menjadi tekanan yang dapat mengakibatkan munculnya stres dan kecemasan pada anak. Oleh karena itu, orang tua perlu mengubah mindset bahwa nilai bukanlah segalanya. Ada hal yang jauh lebih penting dibandingkan dengan sekadar nilai, yakni kenyamanan belajar dan tumbuh kembang anak secara optimal. Perubahan mindset ini hendaknya terjadi pula pada guru. Mengingat keberhasilan belajar peserta didik tidak hanya diukur dari angka yang tertulis pada raport saja, melainkan ada keterampilan dan kemampuan lain yang bisa menjadi indikator kesuksesan seorang peserta didik. Peserta didik sangat membutuhkan dukungan dari orang tua dan guru. Karena dukungan itulah yang mampu membuat peserta didik menjadi lebih tenang, rileks, dan semangat dalam belajar.

Mengelola waktu dengan baik

Peserta didik yang mampu mengelola waktu yang baik dapat membagi waktu kapan harus belajar, menyelesaikan tugas, bermain, dan istirahat. Peserta didik yang konsisten belajar setiap hari akan memiliki beban yang lebih ringan jika dibandingkan dengan peserta didik yang belajar karena mau mengikuti asesmen sumatif saja. Tagihan tugas peserta didik yang rajin tentu akan berbeda dengan tagihan tugas peserta didik yang kurang rajin. Inilah pentingnya mengajarkan manajemen waktu kepada peserta didik.

Memberikan dukungan emosional

Dukungan emosional kepada peserta didik dapat dilakukan oleh orang tua dan guru dengan cara berdiskusi tentang kekhawatiran dan tekanan yang mereka rasakan. Orang tua dan guru bisa membantu peserta didik mengurangi rasa khawatir dan mencari solusi dari permasalahan yang dihadapinya.

Menerapkan teknik relaksasi

Guru maupun orang tua dapat mengajarkan teknik relaksasi kepada peserta didik, seperti meditasi, olah raga, yoga, dan latihan pernafasan. Relaksasi dapat membantu peserta didik mengelola stres dan mengurangi tekanan.

Menggunakan metode penilaian yang beragam

Untuk mengukur kemampuan peserta didik, guru dapat menggunakan berbagai metode penilaian atau asesmen, seperti asesmen berbasis portofolio, proyek, maupun presentasi. Selama ini asesmen sumatif sering dilakukan dengan cara tes, yakni peserta didik diminta untuk mengerjakan sejumlah soal dalam kurun waktu tertentu. Bagi sebagian peserta didik metode penilaian seperti ini dapat memberikan tekanan tersendiri, sehingga berdampak pada kesehatan mentalnya. Dengan memanfaatkan metode penilaian yang beragam, diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang kemampuan peserta didik tanpa menambah tekanan berlebihan.

Nilai akademis memang penting, namun kesehatan mental peserta didik juga harus diprioritaskan. Dengan pendekatan yang holistik dan dukungan yang tepat, orang tua dan guru dapat membantu peserta didik meraih prestasi akademis tanpa mengorbankan kesejahteraan mental mereka. Mari bersama-sama menciptakan lingkungan pendidikan yang sehat dan menyenangkan bagi peserta didik.

Sumber referensi:

Farrasia, Fazila., dkk. (2023). Tingkat Kecemasan Akademik Pada Siswa Ditinjau dari Perbedaan Gender. Journal of Education and Learning. Vol. 1, No. 2, h. 49-57.

Rahmawaty, Fetty., dkk. (2022). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental Pada Remaja. Jurnal Surya Medika (JSM), Vol 8, No 3, Page 276 – 281.

WHO. (2022). Mental Health. https://www.who.int/news-room/fact-in-pictures/detail/mental-health

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun