Bocah 5 tahun asal Kendal, Jawa Tengah, bernama Anindya Varisha Pradipta mengalami bullying di sekolahnya. Varisha sering mengadu pada sang Bunda, Marda Pratiwi, ia kerap dibully oleh teman-temannya di sekolah. Varisha bercerita ia diejek 'miskin' oleh temantemannya karena memiliki tas dan tempat pensil yang jelek. Parahnya, Varisha juga pernah dipukul dengan menggunakan balok kayu.
Suatu hari, Varisha bercerita bahwa ia di-bully oleh teman laki-lakinya. Namun, kala itu Marda berpikir ini adalah hal biasa yang terjadi pada anak-anak. Tapi varisha terus menerus bercerita bahwa ia dibully dengan teman laki-lakinya, bahkan varisha bercerita bahwa ia di pukul dengan balok kayu oleh teman laki-lakinya. Merasa ada yang tidak beres, Marda pun mengadu dengan wali kelas Varisha. Sayangnya, aduannya ini tak digubris sehingga Marda memutuskan untuk mengadu ke guru lainnya.Â
Marda bercerita, pihak sekolah kerap mengundur-undur proses mediasi antara dirinya dengan orang tua anak-anak yang mem-bully Varisha, Namun, pada akhirnya pihak sekolah pun menjadwalkan pertemuan mereka.
Marda mengatakan, orang tua dari anak-anak yang mem-bully Varisha telah meminta maaf saat mediasi dilakukan. Ketika itu, pihaknya, pihak sekolah, dan pihak orang tua anak-anak tersebut dipertemukan dalam satu ruangan. Meski Varisha mendapatkan bully dari teman-teman sekolahnya, Marda mengaku sang anak masih ceria ketika di rumah. Namun, ia tak mengetahui bagaimana kondisi Varisha ketika berada di sekolah. Marda juga mengatakan pihak sekolah masih terus memantau kondisi Varisha dan teman-temannya di sekolah. Jika hal serupa masih terulang, Varisha akan segera dipindahkan dari kelas tersebut.
Solusi untuk permasalahan
Beberapa solusi dari para ahli untuk mengatasi bullying, yang relevan dengan kasus Anindya Varisha Pradipta:
1. Dr. Dan Olweus - Olweus Bullying Prevention Program.Â
Dr. Dan Olweus, seorang pelopor dalam penelitian bullying, mengembangkan Olweus Bullying Prevention Program yang menekankan keterlibatan seluruh komunitas sekolah. Program ini melibatkan seluruh komunitas sekolah, termasuk siswa, guru, dan orang tua. Implementasi program ini di sekolah Anindya bisa mencakup pelatihan untuk staf sekolah, pembuatan aturan anti-bullying yang jelas, dan dukungan bagi korban bullying. Melakukan survei rutin untuk mengukur tingkat bullying dan memantau kondisi siswa secara berkelanjutan.
2. Barbara Coloroso - Pendidikan Empati dan Moral
Barbara Coloroso, ahli pendidikan dan penulis buku "The Bully, the Bullied, and the Bystander"menyarankan Sekolah harus mengajarkan nilai-nilai empati dan moral kepada siswa. Kegiatan seperti role-playing dan diskusi kelompok dapat membantu anak-anak memahami perasaan orang lain dan mengembangkan sikap empati.Melibatkan guru dan orang tua dalam pelatihan untuk memahami dan menangani bullying.
3. Dr. Michele Borba - Pengembangan Empati Anak
Dr. Michele Borba, seorang psikolog pendidikan, menekankan pentingnya pengembangan empati, Mengembangkan program yang mengajarkan anak-anak keterampilan sosial dan emosional, termasuk bagaimana berempati terhadap orang lain dan mengelola konflik dengan cara yang positif.
Pendekatan menyeluruh ini dapat membantu mengatasi masalah bullying yang dialami oleh Anindya secara efektif dan menciptakan lingkungan sekolah yang lebih aman dan mendukung bagi semua siswa.
Berikut adalah beberapa langkah yang bisa diambil dari kasus diatas berdasarkan analisis pribadi saya:
1. Konseling dan Dukungan PsikologisVarisha memerlukan dukungan psikologis untuk mengatasi trauma dan dampak emosional dari bullying. Konseling individual dengan psikolog anak bisa membantu Varisha untuk mengembangkan ketahanan emosional dan keterampilan menghadapi situasi serupa di masa depan. Anak-anak yang melakukan bullying juga memerlukan konseling untuk memahami dampak dari tindakan mereka dan belajar cara berinteraksi yang lebih positif.
2. Pelatihan untuk Guru dan StafGuru dan staf sekolah perlu dilatih untuk mengenali tanda-tanda bullying dan cara menangani situasi tersebut dengan efektif. Mereka harus dilengkapi dengan strategi intervensi dan kebijakan anti-bullying yang jelas. Sekolah harus menerapkan program anti-bullying yang komprehensif, seperti Olweus Bullying Prevention Program, yang melibatkan seluruh komunitas sekolah dalam pencegahan dan penanganan bullying.
3. Pendidikan EmpatiMengajarkan empati kepada siswa melalui program pendidikan sosial-emosional. Kegiatan seperti role-playing dan diskusi kelompok bisa membantu siswa memahami perasaan dan perspektif orang lain. Mengadakan kelas yang mengajarkan keterampilan sosial, termasuk cara berkomunikasi yang baik, menyelesaikan konflik tanpa kekerasan, dan bekerja sama dengan teman sebaya.
4. Kolaborasi dengan Orang TuaMembangun komunikasi yang terbuka dan transparan antara sekolah dan orang tua. Orang tua harus diberitahu tentang kebijakan dan langkah-langkah yang diambil oleh sekolah untuk menangani bullying.Â
5. Langkah Tindak LanjutSekolah harus terus memantau situasi Varisha dan lingkungan sekitarnya untuk memastikan tidak ada insiden bullying yang terulang. Ini bisa dilakukan melalui observasi rutin dan laporan dari guru. Jika bullying tetap berlanjut, langkah pemindahan Varisha ke kelas lain bisa menjadi solusi sementara sambil memastikan lingkungan baru lebih aman dan mendukung.
Dengan pendekatan yang menyeluruh dan melibatkan semua pihak, diharapkan kasus bullying yang dialami oleh Varisha dapat ditangani dengan efektif, dan sekolah menjadi tempat yang aman dan mendukung bagi semua siswa.
Strategi untuk mengatasi permasalahan
Strategi untuk mengatasi permasalahan bullying yang dialami oleh Anindya Varisha Pradipta di sekolahnya:
1. Pendidikan dan Kesadaran
a) Workshop Anti-Bullying: Mengadakan workshop atau seminar untuk siswa, guru, dan orang tua tentang bahaya dan dampak dari bullying serta cara untuk mencegahnya.
b) Pendidikan Empati: Mengintegrasikan pelajaran tentang empati dan penghargaan terhadap perbedaan dalam kurikulum sekolah.
2. Keterlibatan Orang Tua
a) Komunikasi Terbuka: Membangun saluran komunikasi terbuka antara sekolah dan orang tua untuk memfasilitasi pertukaran informasi tentang kehidupan sekolah Anindya.
b) Kelas bagi Orang Tua: Mengadakan kelas atau seminar bagi orang tua untuk memberikan pemahaman tentang cara mendeteksi tanda-tanda bullying dan bagaimana mendukung anak mereka.
3. Penanganan Terhadap Pelaku Bullying
a) Konsekuensi yang Jelas: Memastikan bahwa pelaku bullying mendapatkan konsekuensi yang sesuai dengan perilaku mereka, seperti sanksi disiplin atau konseling.
b) Pendidikan Restoratif: Mengadopsi pendekatan pendidikan restoratif untuk membantu pelaku bullying memahami dampak dari tindakan mereka dan memperbaiki hubungan dengan korban.
4. Peningkatan Pengawasan dan Pendampingan
a) Peningkatan Pengawasan: Meningkatkan pengawasan di area-area sekolah yang rawan terjadinya bullying, seperti di koridor atau area bermain.
b) Pendampingan Sosial: Mengalokasikan waktu bagi Anindya untuk memiliki pendamping sosial di sekolah, seperti seorang guru pengasuh atau konselor, yang bisa membantu memantau kondisinya dan memberikan dukungan emosional.
5. Penguatan Dukungan untuk Korban
a) Konseling Korban: Memberikan dukungan konseling terapi untuk Anindya agar bisa mengatasi trauma yang dialaminya akibat bullying.
b) Program Peer Support: Membentuk kelompok dukungan teman sebaya di sekolah untuk memberikan dukungan sosial dan emosional bagi Anindya dan korban bullying lainnya.
6. Evaluasi dan Tindak Lanjut
a) Evaluasi Rutin: Melakukan evaluasi rutin terhadap keefektifan langkah-langkah yang telah diambil dan memperbarui strategi sesuai dengan perkembangan situasi.
b) Tindak Lanjut yang Konsisten: Memastikan bahwa tindakan-tindakan pencegahan dan penanganan bullying dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan.
Dengan menerapkan strategi ini secara komprehensif dan berkelanjutan, diharapkan permasalahan bullying yang dialami oleh Anindya Varisha Pradipta bisa diatasi dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H