Mohon tunggu...
Abib Pramuditya
Abib Pramuditya Mohon Tunggu... -

Bla bla bla.\r\nWajah ramah dan murah senyum didepan, tapi sebilah keris dibelakang.\r\n@abibpramuditya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Semar: Personifikasi keluhuran dalam fisik dan sifat yang mulai dilupakan

22 September 2013   13:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:33 10363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Semar, karakter dalam wayang yang fisiknya lucu bahkan bisa dikatakan aneh. Dalam setiap cerita wayang, Semar yang aneh ini malah dapat tempat terhormat: pengasuh sekaligus penasihat para ksatriya, tokoh yang jujur, sederhana, tulus, berbuat sesuatu tanpa pamrih, tetapi memiliki pengetahuan yang sangat luas, cerdik, dan mata batinnya sangat tajam. Semar memiliki hati yang 'nyegara' atau seluas samudera serta kewaskitaan dan kapramanan-nya sedalam samudra. Hanya ksatriya sejati yang akan menjadi asuhan Semar: Prabu Herjuna Sasrabahu di negeri Maespati, Prabu Ramawijaya di negeri Pancawati, Raden Sakutrem satria Plasajenar, Raden Arjuna Wiwaha satria dari Madukara, Raden Abimanyu satria dari Plangkawati, dan Prabu Parikesit di negeri Ngastina. Bahkan para Dewa pun memanggil Semar dengan panggilan hormat: 'Kakang'.

Semar mempunyai karakter fisik yang unik. Keunikan fisik tersebut merupakan simbolisasi dari dualisme di dunia ini.

Semar mempunyai bentuk tubuh yang bulat. Bentuk tubuh ini merupakan simbol dari bumi dimana umat manusia tinggal bersama makhluk lainya.

Raut wajahnya dilukiskan selalu tersenyum dan mata yang selalu sembab mengeluarkan air mata. Dalam wajah semar merupakan simbol duka dan suka yang selalu menyertai perjalanan hidup manusia.

Semar berwajah nampak seperti orang tua namun mempunyai potongan rambut bergaya kuncung seperti abg, ini menyimbolkan tua dan muda.

Dia berkelamin laki-laki namun mempunyai payudara besar layaknya wanita, hal tersebut merupakan simbol dari sifat maskulinitas dan feminitas.

Ia berdiri namun terlihat seperti jongkok, menyimbolkan kedudukan penguasa dan rakyat jelata.

Semar menyembunyikan tangan kanannya dibalik badannya, artinya menyembunyikan kebaikan dan kelebihan yang dimilikinya. Tangan kirinya menunjuk ke atas, menunjukan bahwa dia menjunjung tinggi nilai Ketuhanan yang Maha Esa.

Kain yang semar gunakan mempunyai arti membaur dengan segala perbedaan.

Dalam setiap nasihat yang disampaikan oleh Semar kepada para ksatriya momonganya seringkali ditampilkan filosofi-filosofi yang bersifat umum dan berlaku hingga kapan pun yang berguna bagi kehidupan manusia:

Urip iku Urup.Hidup itu menyala.  Hidup itu merupakan nyala jiwa. Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi setiap orang disekitar kita.

Memayu hayuning bawana, ambrasta dur hangkara. Harus dan wajib hukumnya mengusahakan keselamatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan, serta memberantas sifat angkara murka, serakah, dan tamak.

Sura dira jaya jayaningrat, leburing dening pangastuti. Segala sifat keras hati, picik, dan angkara murka hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati, dan sabar.

Ngluruk tanpa bala, menang tanpa ngasorake, sakti tanpa aji-aji, sugih tanpa bandha. Berjuang tanpa perlu membawa massa, menang tanpa merendahkan/mempermalukan yang kalah. Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan/kekuatan/kekayaan/keturunan. Kaya tanpa didasari hal-hal yang bersifat materi.

Datan serik lamun ketaman, datan susah lamun kelangan. Jangan gampang sakit hati ketika musibah/hasutan menimpa diri. Jangan sedih ketika kehilangan sesuatu.

Ojo gumunan, ojo getunan, ojo kagetan, ojo aleman. Jangan mudah terheran-heran, jangan mudah menyesal, jangan mudah terkejut pada sesuatu, jangan cari perhatian atau manja.

Ojo ketungkul marang kalungguhan, kadonyan, lan kemareman. Jangan terobsesi atau terpesona dengan kedudukan, materi, dan kepuasan duniawi.

Ojo kuminter mundak keblinger, ojo cidra mundak celaka. Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah, jangan suka berbuat curang agar tidak celaka.

Ojo milik barang kang melok, Ojo mangro mundak kendho. Jangan tergiur dengan hal-hal yang tampak mewah, cantik, dan indah. Jangan berpikir gampang/plin-plan agar tidak kendur niat dan semangat.

Ojo adigang, adigung, adiguna. Jangan sok kuasa, sok besar/kaya, sok sakti

Karena petuah dari semar ini para kesatria yang diasuh oleh Semar sangat beruntung karena negaranya akan menjadi adil makmur, gemah ripah, murah sandang pangan, tentram, selalu terhindar dari musibah. Hal yang terjadi sebaliknya, ketika kita bahkan pemimpin kita sudah tak lagi ingat untuk membaca, atau belajar dari kata-kata Semar, bahkan meneladani keluhurannya dalam filosofi karakter fisiknya. Mungkin kita sunguh-sungguh butuh Semar dalam dunia nyata, karena Semar dalam keteladanan dan kata-katanya sudah tergerus waktu, berganti dengan petuah Mario Teguh dan motivator ulung lainnya. Semar yang diingat cuma ada semar si tokoh wayang gendut yang bertubuh bungkuk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun