Mohon tunggu...
Abhiseka D. Imannjaya
Abhiseka D. Imannjaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Bismillah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Daya Tarik Desa Kemiren sebagai Desa Wisata Budaya

31 Oktober 2024   08:02 Diperbarui: 31 Oktober 2024   08:24 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dengan demikian banyak sekali aspek positif yang berasal dari ditetapkannya Desa Kemiren sebagai desa wisata budaya yang masih menjaga kearifan lokalnya. Namun selain dampak positif pastinya akan ada dampak negatifnya juga yang kini juga mulai sedikit dirasakan oleh masyrakat sekitar. 

Salah satunya membuat kebudayaan yang ada kurang terasa khusyu karena kegiatan yang dilakukan kini harus berbaur dengan pengunjung yang lain. Seperti saat mendokumentasikan acara, suara dering hand phone sehingga membuat acara sedikit terganggu. Meskipun hal ini tidak terlalu mengganggu jalannya acara kebudayaan yang ada.  

Desa Kemiren bukan desa yang tertinggal akan modernisasi di masa sekarang, seperti rumah, pakaian, hingga pendidikan juga dirasakan oleh masyarakat sekitar. Hal pertama yang perlu di ingat ialah Desa Kemiren merupakan desa yang memanfaatkan budayanya untuk memajukan ekonomi melalui pariwisata budayanya. 

Seperti contoh saat melakukan pertunjukan tari jadi bukan hanya melakukan tarian lalu selesai dan pulang namun masyarakat menjadikan potensi tari ini untuk mendapatkan upah sehingga bukan hanya rasa letih yang didapatkan, namun juga mendapatkan hasil dari apa yang menjadi hobinya.

Desa Kemiren ini memiliki upacara yang sakral atau lebih tepatnya paling ditunggu oleh masyarakat sekitar  dan para pengunjung yang datang ke Desa Kemiren. Upacara tersebut disebut Ider Bumi atau Barong Ider Bumi. Dimana  Barong Ider Bumi merupakan sebuah pawai barong yang akan mengelilingi desa. 

Barong ider bumi merupakan salah satu upacra yang diselenggarakan untuk keselamatan desa, seperti menolak bala dan lain sebagainya. Dan biasanya saat pawai berlangsung hanya dilakukan oleh lelaki saja dan untuk perempuan cukup berdoa dirumah saja. Upacara Ider Bumi ini biasanya dilakukan pada 2 Syawal atau  hari kedua Hari Raya Idul Fitri.

Upacara selanjutnya ialah selametan jika didaerah biasa pada umumnya biasanya selametan disebut selametan kampung. Namun yang menjadi unik di Desa Kemiren ialah dilakukan secara serentak dan diberi nama Tumpeng Sewu. 

Penamaan tumpeng sewu sendiri diambil dari jumlah tumpeng yang ada yang kurang lebih jumlahnya mencapai 1000. Hal ini berkaitan dengan jumlah penduduk, sehingga saat digelar acara tumpeng sewu biasanya minimal satu KK memberikan satu tumpeng. 

Tumpeng Sewu merupakan selametan desa namun dilakukan secara serentak dipinggir jalan kampung saat bulan haji di minggu ketiga. Dengan demikian saat acara Tumpeng Sewu digelar maka akses jalan menuju desa ditutup agar tidak ada kendaraan yang memasuki Desa Kemiren saat upacara berlangsung.

Dengan adanya upacara-upacara adat inilah yang mendukung potensi Desa Kemiren sebagai desa wisata budaya. Dimana masyarakat umum atau pengunjung dapat berkunjung dan menikmati Tumpeng bersama masyrakat desa. 

Dengan adanya pengunjung yang memesan tumpeng kepada masyarakat desa tentunya akan memberikan tambahan pemasukan bagi ekonomi masyarakat sekitar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun