Mohon tunggu...
Ab Gani
Ab Gani Mohon Tunggu... -

Pemalas

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Resensi Buku] Bertualang Menuju Hakikat Pulang

19 Desember 2015   23:02 Diperbarui: 20 Desember 2015   08:02 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun grand design strategi yang dirancang Bujang meleset, namun sumbangsih si kembar, Yuki dan Kiko, dan White, Bujang berhasil mengambil alat pemindai tersebut.

Ketegangan akan kita temukan di mana-mana sepanjang bab, bahkan sampai bab-bab terakhir ketika Basyir yang sangat terkenal setia kepada Teuke Besar ternyata berkhianat demi membalas dendam kematian ibu-bapaknya saat Keluarga Tong membumihanguskan kampung Arab. Dengan memanfaatkan dendam Keluarga Lin, Basyir bersama anak termuda Lin, mengatur strategi menguasai markas Besar Keluarga Tong yang kini tidak lagi di kota provinsi, tetapi pindah ke ibu kota seiring semakin besar wilayah kekuasaan Keluarga Tong dan semakin banyaknya tukang pukul yang direkrut.

Pada peristiwa ini, kita kembali dihadapkan pada kejeniusan Tere Liye dan menjebloskan kita pada penjara peristiwa yang jelimet nan memukau. Keseruan pertempuran di markas besar Keluarga Tong ini tidak kalah menegangkan dan menarik seperti saat Bujang menyerang markas Keluarga Lin di gedung kasino, pasalnya, Basyir yang berguru tiga tahun di Arab kini lebih kuat dan lincah memainkan khanjar seperti penunggang kuda suku Bedouin—sulit dikalahkan Bujang. Markas beras Keluarga Tong pun berhasil dikuasai sementara Teuke Besar yang terbaring berbulan-bulan di atas ranjang karena sakit tidak bisa berbuat apa-apa.

Bujang bersama Joni, salah satu letnan Keluarga Tong yang setia, Parwez, dan Teuke Besar yang dikepung terpaksa menyerah melawan Basyir dan puluhan tukang pukul Keluarga Tong yang bergabung dengan Basyir dan Keluarga Lin. Namun mereka berhasil lolos dari maut lewat terowongan rahasia yang dirancang di bawah ranjang Teuke Besar. Terowongan itu berakhir di halaman rumah Tuanku Imam. Rumah dan terowongan darurat itu sengaja dirancang Kopong sebagai persiapan jika terjadi pemberontakan besar-besaran.

Mereka dibawa dan dirawat Tuanku Imam di pondok pesantrennya sampai Bujang dan Parwez pulih. Disanalah Teuke Besar dikubur jasadnya dengan nama samaran.

Semakin asyik dengan petualangan-petualangan, kita semakin dibuat penasaran siapa yang akan pulang? Bujang? Bahkan sebelum mamak dan bapaknya meninggal, seiring kesibukannya mengemban tugas Keluarga Tong, dia tidak ingin pulang. Walapun sekarang dia ingin pulang, dia kini tidak punya mamak dan bapak atau sanak saudara yang harus ditemui di kampung talang. Lantas dia pulang ke mana? Bujang tidak pernah pulang ke kampong talang di Bukit Barisan.

Di pondodok pesantren ini kita disajikan cerita lain tentang kisah cinta rumit mamak dan bapaknya Bujang yang dipaparkan oleh Tuanku Imam. Kisah cinta Samad dan Midah yang ditolak oleh bapaknya Tuanku Imam inilah menjadi cikal-bakal kisah Keluarga Tong dengan petualangannya dimulai. Penolakan lamaran Samad kepada Midah oleh Tuanku Imam karena perbedaan sejarah keturunan membuat sakit hati Samad. Samad pun memutuskan merantau dan melampiaskan kemuakannya pada Tuanku Imam dengan menjadi tukang pukul di Keluarga Tong selama bertahun-tahun sampai dia lumpuh kakinya sebelah dan memutuskan pulang ke kampung talang.

Cintanya Samad dan Midah bertahan dan tidak pernah luntur. Sekembalinya ke kampung, Samad belum menyerah menyerah dan mencoba kembali melamar Midah yang kini janda tanpa anak. Lamarannya diterima dengan syarat dia dan Midah tidak menetap di kampung Tuanku Imam. Saat prosesi pernikahan itu Samad diludahi oleh salah satu keluarga Midah. Dendamnya semakin membara. Inilah dasar yang membuat Samad marah dan memukuli Bujang ketika Midah dipergoki mengajari Bujang mengaji, solat, dan adzan.

Di antara percakapan yang terjadi antar Tuanku Imam dan Bujang di atas menara masjid saat matahari baru menyingsing itu Tere Liye ingin menyampaikan pesan bijak tentang hidup kepada pembaca bahwa “…hidup ini tidak pernah tentang mengalah siapa pun. Hidup ini hanya tentang kedamaian di hatimu. Saat kau mampu berdamai, maka saat itulah kau telah memenangkan seluruh pertempuran. Kau membenci suara adzan misalnya, benci sekali, mengingatkan pada masa lalu. Itu karena kau tidak pernah mau berdamai dengan kenangan tersebut. Adzan jelas adalah mekanisme Tuhan memanggil siapa pun agar pulang ke pangkuan Tuhan, bersujud. Adzan tidak dirancang untuk mengganggu, suara berisik itu bukan untuk menyakiti siapa pun. Itu justru suara panggilan dan harus kencang agar orang mendengarnya. Kau tidak pernah mau berdamai dengan hatimu, Nak, itulah yang membuatmu benci pada suara adzan, kau sendiri yang mendefinisikannya demikian.” (hal.340).

Nasihat-nasihat Tuanku Imam menyadarkan hatinya Agam. Membuka cakrawala baru yang telah lama tertutup tirai dalam dirinya. Latas dengan jiwa baru, kekutan baru, keberanian baru, Agam mengerahkan seluruh sisa orang-orang yang masih setia kepada Keluarga Tong. Yuki dan Kiko, White bersama pasukannya, Salonga bersama murid-muridnya yang ahli menembak, terlibat. Agam pun berhasil merebut kembali markas Keluarga Tong dari tangan pengkhianatan Basyir.

Pada akhirnya saya, barangkali juga Anda, pelan-pelan mengetahui apa itu Pulang yang dimaksud Tere Liye dalam novel ini melalui nasihat Tuanku Imam kepada Agam sebelum berangkat merebut kembali markas besar Keluarga Tong, “…kembalilah. Pulanglah kepada Tuhanmu…” Sebab, jika kita percaya kepada Tuhan, tidak ada tempat pulang yang paling hakiki, seperti kata Midah, selain “…pulang kepada hakikat sejati yang ada dalam diri...” di mana kita menyimpan percikan atau ruh ilahiah.[]

Desember 2015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun