Mohon tunggu...
Abevi Claudia
Abevi Claudia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Gadjah Mada

Mahasiswa pariwisata yang suka bercerita

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kuliah Lapangan Rasa Liburan: Bali dan Segala Ceritanya

2 Desember 2024   18:49 Diperbarui: 2 Desember 2024   21:51 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Tari Topeng (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Saat kami berjalan mendekat, sensasi “kecil” mulai terasa. Berdiri di bawah patung setinggi lebih dari 120 meter ini, kami seperti semut di kaki raksasa. Pemandu menjelaskan bahwa patung ini melambangkan keseimbangan antara manusia, alam, dan budaya, pesan yang sangat relevan di tengah era modern ini.

Selain patungnya, kawasan GWK menawarkan banyak hal. Kami menyusuri jalanan yang dikelilingi dinding kapur putih menjulang. Panorama dari kawasan GWK juga tak kalah memukau. Dari ketinggian ini, kami bisa melihat pemandangan luas Bali: hamparan hijau pepohonan, pantai-pantai di kejauhan, dan langit yang seakan tiada batasnya. Tapi yang menjadi puncak kunjungan kami adalah pertunjukan Tari Kecak GWK, yang diadakan di amphitheater terbuka.

Saat kami duduk di hamparan rumput hijau yang luas, suasana mulai terasa magis. Langit sore perlahan berubah warna, dari orange ke ungu, menjadi latar alami untuk pertunjukan ini. Ketika beberapa penari pria memasuki arena, mereka membentuk lingkaran, duduk bersila, dan mulai melantunkan suara “cak-cak-cak” yang ritmis dan penuh energi. Getaran suara mereka terasa hingga ke dada, membangun intensitas yang membuat saya merinding.

Cerita Tari Kecak ini diambil dari parwa pertama kitab Mahabarata, mengisahkan perjuangan dalam pencarian Tirta Amerta hingga masa kelahiran Garuda. Penarinya bergerak dengan gerakan dramatis, diselingi dengan suara para pria yang melingkar di sekitar mereka. Puncaknya adalah adegan Garuda yang dengan gagah melawan musuhnya, dengan energi luar biasa, diiringi suara tepuk tangan dan irama ritmis penari yang semakin cepat..

Saat pertunjukan selesai, suasana terasa penuh decak kagum. Tepuk tangan bergemuruh, tapi saya masih terdiam, mencoba mencerna setiap momen yang baru saja terjadi. Langit Bali yang perlahan gelap menjadi penutup yang sempurna untuk hari itu, meninggalkan rasa kagum yang sulit dilupakan. Hari itu, kami menutup perjalanan dengan rasa kagum yang masih melekat,

Bali, Sampai Ketemu Lagi!
Perjalanan kuliah lapangan ini bukan cuma soal tempat dan destinasi, tetapi juga soal cerita. Setiap tempat yang kami kunjungi menyimpan pengalaman unik yang tak hanya membekas di ingatan, tapi juga memberi pelajaran berharga. Di Desa Wisata Batuan, misalnya, siapa sangka membatik dengan tinta di atas kertas bisa terasa begitu meditatif? Duduk bersama teman-teman, kuas di tangan, kami diajari bagaimana seni tradisional Bali dibuat dengan penuh kesabaran. Momen itu mengajarkan bahwa seni bukan sekadar hasil akhir, tapi juga proses yang penuh makna. 

Lalu, ada “akting dadakan” saya di panggung tari topeng, dan belajar tari kecak setelahnya, menambah serunya pengalaman. Meskipun gerakannya terlihat simpel, ternyata butuh fokus dan koordinasi yang solid. Rasanya seperti jadi bagian dari tradisi yang telah berusia ratusan tahun.Dan siapa yang bisa melupakan momen-momen santai di Pantai Kuta? Dari jalan-jalan di pinggir pantai, mencicipi jajanan lokal, sampai menikmati suasana di skate park, semuanya terasa seperti pelarian singkat dari rutinitas.

Bali adalah tempat di mana tradisi dan modernitas hidup berdampingan, dan sebagai mahasiswa pariwisata, perjalanan ini membuat saya lebih paham tentang arti dari sebuah destinasi. Saya pulang dengan kepala penuh cerita dan hati yang penuh rasa syukur. Terima kasih, Bali, untuk seluruh pengalamannya. Sampai ketemu lagi di lain waktu!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun