Di tengah hiruk-pikuk Pantai Kuta, ada satu tempat yang bikin saya berhenti melangkah—Kuta Beach Skate Park. Terletak nggak jauh dari bibir pantai, skate park ini seolah menjadi titik kumpul bagi mereka yang membawa energi lain ke suasana Kuta: semangat anak muda yang penuh aksi.
Saya berdiri di pinggir arena, menyaksikan beberapa skater lokal meluncur dengan percaya diri. Trik-trik seperti kickflip dan ollie mereka lakukan dengan mulus, seolah-olah gravitasi nggak berlaku di sini. Yang lebih menarik, skate park ini nggak cuma untuk mereka yang sudah jago. Ada anak-anak kecil yang baru belajar mengendalikan papan, dengan jatuh-bangun yang terus diiringi semangat dari teman-temannya.
Di sudut lain, ada kelompok turis yang cuma duduk menonton, menikmati pertunjukan dadakan ini sambil mengunyah es krim. Skate park ini, meskipun kecil, terasa seperti ruang universal—di mana siapa pun bisa menjadi bagian dari suasana, entah dengan memegang skateboard atau hanya jadi penonton yang kagum.
Bagi saya, Kuta Beach Skate Park adalah simbol lain dari Bali yang dinamis. Ini adalah bukti bahwa pulau ini bukan hanya tentang tradisi dan keindahan alam, tapi juga tempat bagi budaya urban untuk tumbuh dan berkembang, menyatu dengan pesona khas Bali.
Pantai Melasti: Cantiknya Bikin Lupa Waktu
Kalau Kuta penuh vibe urban, Pantai Melasti terasa seperti tempat pelarian. Dari awal perjalanan menuju Pantai Melasti, suasananya sudah terasa berbeda. Jalanan yang berkelok-kelok membelah tebing kapur tinggi di kiri dan kanan menciptakan rasa takjub yang sulit diabaikan. Tiap kelokan memberi sudut pandang baru, seolah mengajak kami untuk berhenti sejenak dan mengambil napas sambil menikmati keindahan alam yang murni.
Begitu tiba di pantai, pemandangan yang tersaji benar-benar memukau. Tebing-tebing kapur yang menjulang tinggi menjadi bingkai alami untuk air laut biru jernih yang berkilauan diterpa sinar matahari. Pasir putihnya begitu lembut, seperti undangan untuk melepas alas kaki dan merasakan kehangatan bumi. Tidak ada keramaian atau suara bising di sini—hanya deburan ombak yang menenangkan dan angin yang membawa aroma laut segar.
Pantai Melasti adalah tempat dimana waktu terasa lambat. Beberapa teman sibuk mengabadikan momen dengan gaya foto estetik di depan tebing atau di atas bebatuan karang. Sementara itu, saya memilih duduk di bawah bayangan tebing, menatap jauh ke cakrawala. Rasanya seperti melarikan diri dari dunia yang penuh hiruk-pikuk dan menemukan ketenangan dalam pelukan alam.
Garuda Wisnu Kencana: Ikon Megah Bali
Hari kedua kami di Bali diakhiri dengan kunjungan ke Garuda Wisnu Kencana (GWK). Begitu bus kami mendekati kompleks GWK, pemandangan yang luar biasa langsung mencuri perhatian. Dari kejauhan, patung Dewa Wisnu yang menunggangi Garuda menjulang tinggi di atas bukit, seperti penjaga yang mengawasi pulau. Ukurannya benar-benar mengagumkan—patung ini bukan hanya besar, tapi megah. Setiap detailnya, dari mahkota Dewa Wisnu hingga sayap Garuda yang terbentang lebar, mencerminkan seni yang mendalam sekaligus ketelitian luar biasa.