Mohon tunggu...
Abevi Claudia
Abevi Claudia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Gadjah Mada

Mahasiswa pariwisata yang suka bercerita

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Kotagede, Menyatu dengan Sejarah, Tradisi, dan Seni di Setiap Langkah

9 Oktober 2024   02:05 Diperbarui: 10 Oktober 2024   17:49 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Lorong Labirin: Seni Jalanan dan Kearifan Lokal dalam Setiap Sudut

Setelah menikmati ketenangan Between Two Gates, saya melanjutkan perjalanan menuju lorong-lorong sempit di Kotagede. Di sini, saya benar-benar merasa seperti tersesat dalam labirin yang dipenuhi kehidupan. Lorong-lorong ini sangat sempit, terkadang hanya cukup untuk satu orang dewasa melaluinya. Namun, lorong-lorong ini juga menjadi salah satu daya tarik utama Kotagede.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Setiap sudut lorong-lorong ini dipenuhi street art yang menambah keindahan dan kekayaan visual. Ada mural-mural besar dengan warna-warna cerah, menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Kotagede, mulai dari pedagang pasar, pengrajin perak, hingga potret wajah-wajah warga setempat. Street art ini memberi nuansa modern namun tidak menghilangkan keaslian dan kesederhanaan kawasan ini. 

Selain mural, ada juga kaca-kaca cembung yang dipasang di berbagai titik lorong. Kaca-kaca ini tidak hanya berfungsi sebagai cermin bagi pengunjung yang ingin berfoto, tetapi juga menambah kesan "terbalik" dari realitas yang saya hadapi. Seolah, setiap langkah di lorong-lorong ini membawa saya ke dunia yang berbeda, dunia di mana realitas dan seni bertemu dalam harmoni.

Hal yang paling menarik dari lorong-lorong ini adalah kutipan-kutipan berbahasa Jawa yang terpasang di berbagai dinding. Kutipan-kutipan ini mengandung pesan-pesan moral yang sederhana namun dalam. 

Kemarin, saya menemukan empat tulisan yang seakan-akan menasihati, seperti ngunduh wohing pakerti (memetik buah dari hasil perbuatannya sendiri), mbeguguk ngutha waton (sikap seseorang yang selalu menggunakan pikiran dan pendapatnya sendiri, tidak peduli disenangi orang atau tidak), serahke kabeh marang Gusti, eling yen dhewe duwe Gusti (serahkan semua pada Tuhan, ingatlah bahwa kita punya Tuhan),  dan wani ngalah duwur wekasane (siapa saja yang berani mengalah akan memperoleh hasil yang terbaik). 

Kutipan-kutipan ini bukan hanya menjadi pengingat akan kearifan lokal, tetapi juga seolah  menuntun pengunjung untuk merenungkan kembali makna kehidupan di tengah keseharian.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Makam Raja-Raja Mataram: Sejarah dan Legenda yang Hidup

Tidak lengkap rasanya mengunjungi Kotagede tanpa singgah di Makam Raja-Raja Mataram. Makam tua ini berdiri kokoh dengan tembok tinggi yang mengelilinginya, seolah menjaga kisah-kisah sejarah yang pernah terjadi di dalamnya. 

Di sinilah para pendiri Kerajaan Mataram, seperti Panembahan Senopati, dimakamkan. Saat saya melangkah masuk ke area makam, suasana langsung berubah menjadi lebih khidmat. Bau dupa dan bunga-bunga yang bertebaran di sekitar makam menambah aura spiritual yang kental.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Kompleks Makam Raja-raja Mataram ini menarik bukan hanya karena sejarah panjang Kerajaan Mataram, tetapi juga legenda yang mengelilinginya. Di area sekitar makam, terdapat sendang seliran atau pemandian yang dahulu dipakai oleh Kerajaan Mataram. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun