Mohon tunggu...
Abel Septiani
Abel Septiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Membaca,suka menulis,suka belajar

Selanjutnya

Tutup

Analisis

menganalisis aliran aliran indonesia

19 Desember 2024   15:06 Diperbarui: 19 Desember 2024   15:06 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Doktrin Qadariyah dan Jabariyah


Qadariyah dan Jabariyah adalah dua aliran pemikiran dalam teologi Islam yang berlawanan terkait dengan konsep kehendak bebas dan takdir.

1. Qadariyah
Qadariyah menekankan kebebasan manusia dalam menentukan nasibnya. Aliran ini percaya bahwa manusia memiliki kehendak bebas penuh dan bertanggung jawab atas segala perbuatannya tanpa campur tangan langsung dari Allah. Dalam pandangan Qadariyah, keadilan Allah diwujudkan melalui pemberian kebebasan kepada manusia untuk memilih jalan hidupnya. Doktrin ini memberikan ruang besar untuk akal dan usaha manusia dalam menentukan hasil akhir dari kehidupannya. Jadi, pandangan ini sering dikritik oleh kalangan dan dianggap mengurangi peran Allah dalam kehidupan manusia.


2. Jabariyah


Sebaliknya, Jabariyah menekankan bahwa segala sesuatu telah ditentukan oleh Allah, dan manusia tidak memiliki kebebasan untuk memilih. Dalam pandangan ini. Jabariyah memberikan penekanan pada kekuasaan mutlak Allah atas segala sesuatu, tetapi sering dikritik karena dianggap menghilangkan tanggung jawab moral manusia.
Jabariyah sering kali menjadi bahan refleksi bagi para pemikir untuk menjawab persoalan etika, hukum, dan tanggung jawab manusia.

Pemikiran kedua aliran ini memberikan dasar bagi perdebatan teologis yang lebih luas di kehidupan islam. Konsep bebas qodoriyah dan determinisme jabariyah sering kali bahan refleksi bagi para pemikir untuk menjawab persoalan etika, hukum dan tanggung jawab manusia

Pemikiran Mu'tazilah


Mu'tazilah adalah aliran yang lebih rasional dalam teologi Islam. Mereka dikenal dengan lima prinsip utama, salah satunya adalah keadilan ilahi , yang menekankan bahwa Allah tidak mungkin berbuat zalim. mereka sepakat dengan Qadariyah bahwa manusia memiliki kehendak bebas. Mu'tazilah mengutamakan akal sebagai alat utama untuk memahami wahyu dan menafsirkan doktrin-doktrin agama.

Pemikiran rasional Mu'tazilah berpengaruh besar pada tradisi filsafat Islam, meskipun di kemudian hari aliran ini dianggap menyimpang oleh sebagian besar ulama Sunni.


Pemikiran Syi'ah

Syi'ah, sebagai salah satu cabang utama dalam Islam, juga memiliki doktrin yang khas terkait kehendak bebas dan takdir. Sebagian besar aliran Syi'ah cenderung mengadopsi pandangan tengah antara Qadariyah dan Jabariyah. Mereka percaya bahwa manusia memiliki kemampuan untuk memilih, tetapi pilihan tersebut tetap berada dalam kerangka kehendak Allah. Doktrin ini mencerminkan keseimbangan antara keadilan ilahi dan tanggung jawab manusia.


Harun Nasution dan Modernisasi Pemikiran Islam

Harun Nasution adalah salah satu tokoh pembaharu Islam di Indonesia yang banyak memengaruhi pemikiran modern.Ia dikenal dengan pendekatannya yang rasional dalam memahami agama. Nasution berusaha menghidupkan kembali prinsip-prinsip rasionalitas dalam Islam, seperti yang ditemukan dalam pemikiran Mu'tazilah. Ia juga mengkritik sikap fatalistik yang sering ditemukan dalam pemikiran masyarakat tradisional, yang cenderung dekat dengan Jabariyah.


Menurut Harun Nasution, pendekatan rasional sangat penting untuk menjawab tantangan zaman. Ia percaya bahwa kehendak bebas manusia dan tanggung jawab moralnya harus ditekankan untuk membangun masyarakat yang progresif dan berkeadilan. Nasution mengadopsi banyak prinsip dari Qadariyah dan Mu'tazilah, sambil tetap menjaga keseimbangan dengan ajaran ortodoks Islam.

KESIMPULAN

Secara keseluruhan perbedaan pemikiran ini memberikan wawasan yang kaya tentang dinamika teologis islam. Serta ajaran nya dalam memjawab tantangan sosial dan pada berbagai zaman.

Dengan menggali doktrin ini kita dapat menemukan landasan teologis yang lebih kaya untuk menghadapi tantangan tanpa kehilangan akar sepiritualitas islam. 

Pentingnya pendekatan rasional dalam memahami agama. menghidupkan kembali semangat rasiolitas yang di wariskan oleh mutazilah untuk membangun masyarakat yang lebih progresif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun