Anak adalah salah satu karunia dari tuhan yang maha esa, kebanggaan dan kebahagiaan dari keluarga.
Bagi saya, orang tua adalah fasilitator bagi anak untuk menceritakan apa saja yang sedang terjadi pada dirinya. Ketika anak merasakan hal senang sedih orang tua perlu tau untuk memastikan itu baik untuknya, orang tua harus bisa mengimbangi sifat, mengerti apa yang sedang dirasakan anak, dan bahkan menjadi teman atau rumah yang ternyaman untuk bercerita.
Setelah saya menjadi mahasiswa, berbagai pengalaman dan cerita dari berbagai orang dan bahkan sebagai pembaca cerita melalui media sosial.Â
Banyak anak yang suka merasa kesepian, hidup sendiri, dan merasa keluarga tidak membutuhkan dirinya. Tidak banyak anak yang berani mengungkapkan kesedihan itu kepada keluarga karena merasa dianggap bahwa keluarga sudah memenuhi tanggung jawab, tetapi yang sebenarnya yang diinginkan adalah sebuah tempat cerita.Â
Bukan hanya masalah di rumah tetapi di luar bagaimana saat anak beraktivitas, apakah ada masalah yang membuat dia bingung untuk menyelesaikan hal tersebut.
Banyak orang juga yang masih bepikiran dan menyepelekan kesehatan mental, ada beberapa manusia yang kuat dan tidak dengan cara menyimpan masalah sendiri. Ketika ada orang yang tidak kuat menahan sendiri masalahnya dan tidak ada orang untuk dijadikan tempat bercerita, kita tidak tau apa yang akan dilakukan pada dirinya.
Kesehatan mental itu penting karena psikologi anak berpengaruh terhadap bagaimana seseorang berpikir, merasakan, bertindak, membuat keputusan, dan berinteraksi dengan orang lain.
Anak akan lebih merasa senang ketika orang tua bisa menjadi teman untuk bercerita karena merasa aman untuk menceritakan sesuatu. Dilansir dari kompas.com ada empat pola asuh orang tua yang dapat diterapkan yaitu authoritative, authoritarian, permissive, dan uninvolved. Orang tua dapat memilih salah satu atau dua dari empat polah aasuh ini.
- Pola asuh authoritative akan terlibat pada kehidupan anaknya secara hangat dan responsif, aturan yang jelas, ekspektasi tinggi, mendukung, dan menghargai kebebasan sang anak.
- Pola asuh authoritarian akan melibatkan dirinya dengan sang anak secara tidak responsif, aturan yang mengikat, ekspektasi tinggi, dan kepatuhan secara penuh dari sang anak.
- Pola asuh permissive akan melibatkan dirinya secara hangat dan responsif, sedikit aturan, ekspektasi yang rendah, dan toleran.
- Pola asuh uninvolved akan melibatkan dirinya secara dingin dan tidak responsif, tanpa aturan, tidak berekspektasi apapun, dan cuek.
Beberapa peran yang bisa diterapkan atau diperhartikan dari anak, diantaranya:
- Membangun hubungan yang baikÂ
Sebelum memulai sesuatu semua orang pasti harus melakukanhubungan yang baik agar dapat membangun komunikasi dan kelekaatan emosional. Luangkan waktu untuk sekedar mengobrol atau bermain bersama.
- Menghargai perasaan anak
Seseorang perlu didengarkan dan dihargai begitu juga anak. Seperti contoh ketika anak sedang merasa marah kita biarkan saja untuk mengekspresikan marahnya dan biarkan dia melalui emosinya itu, disitu anak akan merasa dihargai karena sudah diberikan kesempatan untuk mengekspesikan diri dan akan paham tentang menghargai. Dan seperti saat membutuhkan waku sendiri biarkan saja jika dia mau bercerita baru dengarkan.
- Mendampingi anak ketika dalam kesulitan
Orang tua disini berperan untuk mendampingi bagaimana cara atau langkah-langkah melawan tantangan itu. ketika beranjak dewasa dia akan terbiasa untuk menyelesaikan tantangan tersebut sendiri.
- Membangun kepercayaan diri anak
Ketika anak mempunyai minat atau bakat pada bidang tertentu kita sebagai seorang tua sudah seharusnya enyemangati mereka untuk berani tampil di depan, berikan kesempatan untuk dia berkembang di dunia luar.
- Membangun suasana yang positif
Saat sedang ada waktu luang, biaskan untuk berkumpul bersama untuk berkomunikasi dan gunakanlah waktu itu kegiatan positif.
Kebiasaan dari kecil akan terbawa saat dewasa, sehingga diharapkan orang tua dapat peduli pada anak mulai dari dini. Ketika anak sudah dewasa, orang tua juga harus selalu memperhatikan karena saat dewasa tantangan pada anak akan lebih besar dan jangan pernah biarkan mereka merasa berjuang sendirian.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi.
"Ini masalah yang sangat tinggi karena 20 persen dari 250 juta jiwa secara keseluruhan potensial mengalami masalah kesehatan jiwa," kata Celestinus seperti dikutip Kompas.com dari laman Sehat Negeriku oleh Kementerian Kesehatan RI, (7/10/2021).
Diharapkan masyarakat dapat peduli dan sadar pentingnya menjaga kesehatan mental pada anak.
https://www.republika.co.id/berita/qvm3km380/pentingnya-peran-orang-tua-bagi-kesehatan-mental-anak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H