Mohon tunggu...
Abel Pramudya
Abel Pramudya Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Jurnalistik Universitas Multimedia Nusantara

Travelling, photography, bus enthusiast @abelpram

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Sederet Nilai Merah Penyelenggaraan Bus Trans Kota Tangerang

17 Maret 2022   12:45 Diperbarui: 26 April 2022   23:18 4416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bus Trans Kota Tangerang koridor 1 memiliki ruang khusus kursi roda dan akses keluar-masuk di bagian tengah bus. (Foto: Abel Pramudya)

Awal 2019, operasional BRT harus terhenti selama hampir 2 pekan imbas proses lelang tender. Sama seperti tahun sebelumnya, PT TPM mendapatkan kontrak satu tahun untuk mengoperasikan dan memelihara bus Trans Kota Tangerang. Kejadian serupa juga terjadi di awal 2020. Kali ini, proses lelang tender harus diulang karena sempat ada kegagalan. 

Hingga kini, PT TPM masih menjadi operator BRT Tangerang. Terlihat dari stiker merah bertuliskan TPM di sudut kanan atas kaca depan bus dan seragam pengemudi bus yang bertuliskan TPM.

Namun, pengelolaan BRT ini masih buruk di sisi informasi dan komunikasinya. Tidak ada nomor layanan pelanggan, sedangkan media sosial resmi yang ada kini tak lagi aktif. Sementara itu, informasi peta rute resmi baru tersedia di situs Pemerintah Kota Tangerang. 

Tarif Angkutan Terintegrasi

Tarif yang terintegrasi masuk dalam prinsip dasar reformasi angkutan umum. BRT Trans Kota Tangerang dan angkot Si Benteng yang berada dalam satu bendera operator dan pengelola masih memiliki skema tarifnya masing-masing.

Seyogianya, dengan berada di bawah pengelolaan yang sama, BRT Trans Kota Tangerang dan Angkot Si Benteng bisa menjadi model bagi penerapan tarif angkutan umum terintegrasi di Kota Tangerang. 

Pengintegrasian tarif kedua sistem transportasi tersebut bisa menjadi langkah jangka pendek dan pilot project sebelum akhirnya seluruh layanan transportasi umum di Kota Tangerang memiliki tarif terintegrasi.

Jika tarif kedua moda transportasi hasil kelola pemerintah daerah ini saja tidak terintegrasi, apa kabar dengan moda transportasi lain?

Jaringan Angkutan Umum yang Efisien

Integrasi koridor BRT Kota Tangerang sudah cukup baik. Sebagai contoh, koridor 1 dan 2 bisa menjadi feeder dari dan menuju Stasiun Tanah Tinggi, Stasiun Batu Ceper, dan Terminal Poris Plawad. Halte Trans Kota Tangerang CBD Ciledug yang melayani koridor 3 letaknya pun berseberangan dengan Halte Transjakarta Ciledug yang melayani koridor 13. 

Pemberhentian bus Trans Kota Tangerang CBD Ciledug yang bersebelahan dengan Halte Transjakarta Ciledug. (Foto: Abel Pramudya)
Pemberhentian bus Trans Kota Tangerang CBD Ciledug yang bersebelahan dengan Halte Transjakarta Ciledug. (Foto: Abel Pramudya)

Keempat koridor BRT Kota Tangerang juga terhubung dengan rute-rute angkot eksisting dan angkot Si Benteng. Akan tetapi, tetap perlu ada pengembangan pengintegrasian yang cukup masif dengan meminimalkan perpindahan dan waktu tunggu armada. 

Penyelenggaraan BRT tidak bisa menjadi jawaban tunggal atas permasalahan transportasi di Kota Tangerang. Sistem transportasi harus ditangani secara holistik pada setiap moda dan setiap aspek terkait.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun