Mohon tunggu...
Abel Pramudya
Abel Pramudya Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Jurnalistik Universitas Multimedia Nusantara

Travelling, photography, bus enthusiast @abelpram

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Hutan Kian Menipis, Asap Kian Menebal

16 September 2019   13:14 Diperbarui: 23 April 2022   22:30 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebakaran hutan di Pulang Pisau, Kalimantan Tengah. Foto: Greenpeace.

Artinya, ada sekitar 66 juta ton karbon yang dilepaskan ke atmosfer pada periode 2017-2018. Itu baru hitungan cadangan karbon hutan, belum dengan karbon yang lepas saat pembakaran lahan. Tentu jutaan ton karbon yang merusak atmosfer itu berkontribusi besar terhadap pemanasan global. Asap dari pembakaran pun dapat merusak saluran pernapasan,jika sudah parah dapat berujung kematian. Bahkan, indeks kualitas udara kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah sempat menyentuh angka 2.000 pada Minggu (15/9) siang. Sangat berbahaya.

Kabut asap di Kalimantan Tengah tahun 2015. Foto: Greenpeace.
Kabut asap di Kalimantan Tengah tahun 2015. Foto: Greenpeace.

Selain itu, asap juga mengganggu jarak pandang berkendara sehingga rawan kecelakaan dan membuat pesawat dilarang terbang. Lebih parahnya lagi, asap dari kebakaran hutan di Indonesia terbawa angin sampai ke Singapura dan Malaysia. Memalukan.

Pembakaran hutan juga berdampak pada hilangnya habitat hewan-hewan dan merusak ekosistem hutan. Dilansir dari situs www.nature.or.id  ada 114 spesies burung terancam punah di Indonesia dan hampir sepertiga mamalia asli Indonesia juga terancam punah. Musnanda menyampaikan bahwa degradasi Orang Utan mencapai angka 25 persen setiap tahunnya. Bukan tidak mungkin, Indonesia bakal kehilangan predikatnya sebagai salah satu negara dengan warisan keanekaragaman hayati terbanyak di dunia.

Dari penjabaran di atas, terlihat bahwa deforestasi khususnya dengan pembakaran hutan banyak menimbulkan dampak negatif yang justru membuat negara merugi. Pembangunan sudah tidak bisa lagi memikirkan segi ekonomi dan kapitalis. Harus berubah haluan dengan memandang dari segi sosial dan lingkungan sebagaimana penuturan mantan Menteri Lingkungan Hidup, Emil Salim, "Masa pembangunan dengan pola kapitalisme sudah berlalu, dan sekarang harus diubah ke pembangunan ekonomi dengan nilai sosial yang memperhatikan kepentingan lingkungan hidup." seperti yang dikutip dari nature.or.id.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun