SEBUAH MESIN BERNAMA "ORGANISASI"
Oleh : HabiburrahmanÂ
Di sebuah desa kecil bernama "Ketaatan," hidup komunitas bernama Organis. Mereka dikenal sebagai masyarakat yang tertib, patuh, dan gemar bekerja sama dalam roda kehidupan yang mereka sebut "organisasi." Semua orang di Organis memiliki tugas masing-masing, dan semua berjalan seperti roda jam: rapi, efisien, tapi tanpa suara kritik atau canda tawa yang terdengar.
Penduduk desa mengikuti sosok pemimpin desa yang bijak, atau setidaknya, tampak seperti itu. Pak Ketua, begitu ia dipanggil, memiliki satu semboyan: "Loyalitas adalah segalanya. Jangan banyak bertanya, lakukan saja tugasmu!" Dan semua orang pun mematuhinya. Para Organis percaya bahwa mereka tidak perlu berpikir keras, karena sudah ada Pak Ketua yang mengatur segalanya.
Namun, ada seorang pemuda bernama Dasein. Berbeda dari yang lain, Dasein adalah anak yang suka bertanya. Ia ingin tahu mengapa segala sesuatu dilakukan, bukan hanya apa yang harus dilakukan. Suatu hari, ia mendekati Pak Ketua yang sedang duduk di kursinya yang megah.
"Pak Ketua, mengapa kita harus terus menerus menggerakkan roda ini tanpa tahu ke mana kita melangkah?" tanya Dasein.
Pak Ketua menatapnya dengan tajam. "Anak muda, jangan pertanyakan hal yang sudah jelas. Kita bergerak demi keberlangsungan desa ini. Jika kamu tidak memutar roda, kita semua akan mati."
Jawaban itu terdengar tegas, tetapi Dasein merasa ada yang salah. Ia melihat roda yang diputar oleh semua orang setiap hari semakin cepat, tetapi tak pernah ada perubahan berarti dalam kehidupan mereka. Mereka tetap bekerja keras, tetap mematuhi perintah, tetapi tak seorang pun bertanya: apa tujuan sebenarnya dari semua ini?
Suatu hari, seekor tikus kecil mendekati Dasein. Tikus itu berbicara kepadanya, "Kamu tahu, manusia sebenarnya hidup seperti kami, para tikus. Hanya mengikuti bau keju tanpa tahu ke mana mereka pergi."
Dasein tertawa kecil, tetapi ia mulai berpikir: mungkin tikus itu benar. Dalam banyak hal, hidup mereka seperti hewan yang digerakkan oleh insting, tanpa refleksi dan intospeksi. Rasa penasaran Dasein membawanya pada percakapan dengan banyak orang di desa. Namun yang ia temukan hanyalah kebingungan.
"Untuk apa kita semua bekerja keras seperti ini?" tanya Dasein kepada seorang perempuan tua.