Mohon tunggu...
Abdus Saleh Radai
Abdus Saleh Radai Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Murid

Tulis, dengan menulis akan punya cerita, dengan cerita kita mengukir sejarah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Islah Bahrawi Sebut DNA Islam Itu Akhlak dan Rahmat Bukan Politik

25 Mei 2023   01:01 Diperbarui: 25 Mei 2023   20:27 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Islah Bahrawi dan Dr. KH. Zakky Mubarok, MA dalam Diskusi yang diselenggarakan LADISNU/Foto: dokpri

Jakarta, Kompasiana - Dalam sebuah diskusi publik yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Lajnah Dakwah Islam Nusantara (LADISNU) sebuah organisasi islam yang bergerak dalam bidang dakwah dan kegiatan sosial keagamaan, menyebutkan bahwa DNI Islam itu adalah akhlak dan rahmat, bukan politik.

Hal tersebut disampaikan Islah Bahrawi sebagai narasumber dalam kajian rutin bulanan LADISNU. Topik diskusi adalah terkait ancaman radikalisme menjelang dan pasca gelaran pemilu 2024. 

Diskusi tersebut digelar pada hari Rabu, (24/05/2023) di Kafe dan Resto Dapurempa Kantor LADISNU Jalan Antara No. 12 Pasar Baru Jakarta Pusat, Sebrang Masjid Istiqlal.

Dikutip dari Liputan9.id, Islah Bahrawi sebagai narasumber utama menyebut bahwa DNA Islam bukan politik, melainkan akhlak dan rahmat. 

"Mengutip pernyataan Imam As-Suyuthi yang mengatakan kitab tentang Rasulullah mewariskan suksesi adalah berbohong karena sanadnya tidak jelas," ujar Direktur Ekskutif Jaringan Moderat Indonesia (JMI) 

"Rasulullah tidak pernah mewariskan penggantinya dengan isyarat Rasulullah tidak akan mewariskan Islam untuk politik. Terbukti kemudian ketika politik digandeng paksa dalam Islam yang terjadi adalah konflik sesama orang Islam," imbuhnya.

Acara diskusi tersebut disiarkan secara langsung melalui Channel Youtbue NU Channel, TV LADISNU dan media sosial LADISNU lainnya.

Sementara itu Ketua Umum LADISNU KH. Agus Salim HS mengatakan bahwa diskusi atau kajian ini perlu dilaksanakan mengingat pentingnya informasi dan pengetahuan terkait ancaman radikalisme, pragmatisme politik, dan intrik politik yang menjadikan agama sebagai alat kepentingan sesaat.

"Tema Radikalisme dan Ancaman Kebangsaan di Indonesia Pasca Pemilu 2024, sangat penting untuk diangkat agar masyarakat dapat memahami dan para politisi, tokoh agama, pimpinan ormas dapat mengantisipasinya," ujar Kiai Agus.

Hal itu bisa dipertegas dengan tulisan Gus Islah di akun Twitter pribadinya mengenai pembunuhan demi pembunuhan di eropa yang terjadi karena intrik politik.

"Politik memecah belah kita, kemudian mengajari kita mengkafirkan sesama orang Islam. Sunni, Syiah bermusuhan 1.400 tahun lebih karena politik, kemudian melahirkan firqah firqah dan fiqih sendiri," jelas Ketua Yayasan Sinergi Moderasi Nusantara (SMN) itu.

Sebagai negara yang kaya dengan keberagaman, Indonesia seringkali diterpa isu paham radikal. Bahkan muncul sebagai gerakan yang mengatasnamakan kelompok tertentu yang memicu rusaknya ketentraman dan kedamaian sebuah bangsa.

Islah Bahrawi menyebut ketika politik telah menunggangi agama, maka akan berakhir dengan kejahatan. 

"Sebab, saat politik telah mempengaruhi agama suatu kejahatan akan terlihat terhormat, seolah-olah dilakukan atas nama tuhan," ujar cendikiawan Nahdlatul Ulama asal Madura tersebut. (ASR)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun