Mohon tunggu...
Abdus Saleh Radai
Abdus Saleh Radai Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Murid

Tulis, dengan menulis akan punya cerita, dengan cerita kita mengukir sejarah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Perjalanan Guru Agung Imam Wali Qutub Syeikh Abu Hasan As Syadzili

9 Juni 2022   19:20 Diperbarui: 30 Januari 2023   22:33 6320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Syekh Abu Hasan berkata :
kau jangan menunda-nunda to'at pada sewaktu-waktu pada waktu yang lain maka kau akan disiksa sebab putusnya to'at itu atau sebab putusnya to'at lainnya atau putusnya to'at yang sama dengan to'at itu sebagai tebusan waktu yang kau sia-siakan. Karena setiap waktu itu ada bagian to'atnya, maka kewajiban menghambakan diri atasmu itu menuntun dirimu dengan hukum ketuhanannya Allah.

Syekh Abu Hasan r.a berkata :
dalam menuju wusul kepada Allah (sampai) itu tidak dengan sifat kependekatan (menjauh dari masyarakat), dan tidak dengan makan syair (makanan yang kasar), atau lebihan rontokan gandum, tetapi sesungguhnya jalan wusul kepada Allah itu hanya dengan melaksanakan perintah Allah dan yakin berada di bawah petunjuk Allah, Allah telah berfirman : "Kami telah menjadikan mereka (bani israil) pimpinan masyarakat yang menunjukkan agama kami ketika mereka bersabar dan yakin dengan ayat-ayat kami.

Syekh Abu Hasan berkata :
berhati-hatilah jangan sampai kau terjerumus pada perbuatan maksiat satu kali setelah mengulangi lainnya, karena orang yang melanggar undang-undang Allah itu dia adalah orang dholim, dan orang yang dholim itu tidak bisa menjadi imam (panutan). Barang siapa yang meninggalkan maksiat dan sabar menghadapi ujian Allah dan yakin dengan janji-janji Allah dan ancaman-ancaman Allah maka dia itulah imam walaupun pengikutnya sedikit.

Syekh Abu Hasan berkata :
Bila Allah menghina seorang hamba, apa yang menjadi kepentingan nafsunya orang tersebut dibuka oleh Allah, dan apa yang menjadi aib dirinya dan agamanya (ibadahnya) di tutup oleh Allah, maka orang yang seperti itu berbolak-balik bersenang-senang menuruti kesenangan hawa nafsunya sehingga menjadi kerusakan agamanya tanpa terasa (sedangkan masyarakat menganggap dia orang utama).

Syekh Abu Hasan berkata :
setiap orang yang mengaku hatinya futuh (dibuka oleh Allah) tetapi dirinya berpura-pura di dalam to'at ibadah kepada Allah atau tamak dengan apa yang ada di tangan mahluq Allah maka orang itu bohong.

Demikianlah Manaqib Syekh Abu Hasan Ali As-Syadzili ini saya sampaikan, semoga kita semua dapat mentauladani beliau sekaligus Allah mampukan untuk menjadikan Haliyah Guru sebagai hal kita. Amin Ya Rabbal 'alamin.

Wallahul Muwaffiq ila Aqwamitthoriq
Wassalamu'alaiku Warohmatullahi Wabarokatuh

Sumber berita: Laskar Ilahi Nusantara by Abdus Saleh Radai

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun