Mohon tunggu...
ABDURROFI ABDULLAH AZZAM
ABDURROFI ABDULLAH AZZAM Mohon Tunggu... Ilmuwan - Intelektual Muda, Cendikiawan Pandai, Dan Cinta Indonesia
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Jangan pernah lelah mencintai Indonesia dan mendukung Indonesia bersama Abdurrofi menjadikan indonesia negara superior di dunia. Email Admin : axelmanajemen@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kasus George Floyd Perspektif Negara Terorisme

15 Juli 2020   07:07 Diperbarui: 15 Juli 2020   11:48 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Goerge floyd BBC Internasional

Jika ada yang salah dan tulang punggung diletakkan di gips, area vital ini menjadi kaku dan berhenti berfungsi. Berpegang teguh pada sebuah rencana setelah diatur adalah seperti menempatkan tubuh manusia dalam gips. Itu tidak sehat. Begitu juga tindakan teror oleh negara-negara di benua eropa. Beberapa pembaca berpikir bahwa akrobat pasti memiliki tulang yang lunak. Tapi ini bukan akrobat sejati bukan moluska. Tulang punggungnya yang kuat dan fleksibel memungkinkan mereka membuat gerakan yang mengejutkan.

Dalam setiap  perubahan kecil dalam rencana harus disertai dengan perintah penyelenggara negara untuk membuatnya bekerja misalnya, departemen kontrol keamanan dengan mengeluarkan intruksi sesuai pesanan dan merencanakan lembar penggantian, Keamanan tidak akan dapat menghindari luka bakar atau cedera dan akan kehilangan peluang teror lebih besar.

Membangun mekanisme fine-tuning ke dalam sistem keamanan sehingga perubahan tidak akan terasa karena perubahan seperti menanamkan saraf refleks di dalam tubuh aparat keamanan. Sebelumnya saya mengatakan kontrol visual dimungkinkan melalui just-in-time dan otonomi. Abdurrofi sangat yakin bahwa saraf refleks keamanan dapat dipasang dengan menggunakan dua pilar sistem  ini.

Pertama, Berikan Informasi yang Diperlukan Saat Dibutuhkan. 

Menerima informasi terlalu cepat mengakibatkan pengiriman pesan kemanusiaan dalam sistem keamanan. Terlalu banyak informasi membuat bidang aparat keamanan bingung. Orang-orang kurang cerdas diminimalisir tidak masuk lembaga keamanan sehingga orang-orang terbaik tidak bingung dan mampu mengekstrak pengetahuan dari kemanusiaan, memberikan keamanan kepada penduduk sipil  yang bekerja sebagai perpanjangan tangan dan kaki pekerja lembaga eksekutif, dan mengembangkan rencana keamanan untuk seluruh masyarakat Indonesia.

Anak muda yang memiliki kompetensi dan kemampuan memberikan informasi direkomendasikan masuk bagian dari sistem informasi. Mereka adalah intel eksternal yang dibayar untuk mendapatkan informasi penting.

Metode ini tidak memerlukan inventaris tambahan. Demikian pula, masyarakat  menginginkan informasi hanya ketika mereka  membutuhkannya. Informasi yang dikirim ke lembagai harus tepat waktu. Lembaga melakukan penghitungan instan yang sebelumnya membutuhkan waktu satu jam. Generasi muda yang temponya tidak cocok dengan orang dewasa.  Mereka bisa menjadi bagian dari ancaman sehingga aparat dapat mengalami situasi yang sama sekali tidak terduga kecuali kita menyadarinya. 

Memproses pesanan pelanggan dan informasi tentang keinginan dan kebutuhan keamanan dan pertahanan dengan bisa sangat efektif. Namun, informasi positif lembaga merangkul anak muda yang diperlukan untuk keperluan keamanan dan pertahanan secara bertahap, tidak diperlukan 10 atau 20 hari sebelumnya. Pikiran cerdas harus sangat realistis - dan realisme adalah dasar sistem ini dengan memberi informasi kepada anak muda di daerah-daerah dalam wadah organisasi.

Kedua, Sistem Informasi dan Keamanan Gaya Humanisme

Sistem dibuat  secara alami membuat jadwal pembentukan pengayoman seperti Ayah kepa keluarga. Hanya karena Abdurrofi  memproduksi keamanan Gaya Humanisme tepat waktu dalam menanggapi kebutuhan keamanan yaitu, pesanan yang masuk dari sistem informasi tidak berarti kami dapat beroperasi tanpa perencanaan “Keamanan Gaya Humanisme”. Agar dapat beroperasi dengan lancar menurut Abdurrofi, jadwal keamanan dan sistem informasi lembaga harus disesuaikan.

Pertama, Lembaga keamanan dan pertahanan memiliki rencana tahunan. Ini berarti jumlah kasar potensi kejahatan misal 2 juta dari penduduk  yang akan produksi kejahatan selama tahun berjalan. Selanjutnya, ada jadwal pencegahan bulanan. Misalnya, jenis dan jumlah pendekatan humanisme  yang akan dibuat pada bulan Maret diumumkan secara internal sejak awal, dan pada bulan Februari, jadwal yang lebih rinci "ditetapkan" lebih dekan dengan penduduk sipil.

Kedua, jadwal dikirim ke lembaga keamanan dari pusat sampai daerah  yang bekerja sama di luar saat mereka dikembangkan melalui organisasi masyarakat yang diterima luas. Berdasarkan rencana ini, jadwal keamanan dan pertahanan harian ditetapkan secara terperinci dan mencakup perataan keamanan dan pertahanan di wilayah Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun