Mohon tunggu...
Abdurrofi
Abdurrofi Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penyuka Kopi dan Investasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Investasi gagasan untuk masa depan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Singa Memang Raja Hutan Tapi Serigala Tidak Main Sirkus

2 Januari 2021   17:49 Diperbarui: 2 Januari 2021   20:19 15626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Kedekatan Kekerabatan Serigala Abu-Abu

Sumber foto: Discover Biology, Edisi Kedua, Bab ke-21, tahun 2002 
Sumber foto: Discover Biology, Edisi Kedua, Bab ke-21, tahun 2002 

Secara historis, perburuan serigala kecil dengan genetik lemah menjadi cikal bakal anjing telah mengalami domestikasi dari serigala sejak 100.000 tahun yang lalu. Anjing adalah serigala yang berkhianat dari serigala abu-abu karena anjing bodoh. Ia begitu bodoh setelah melindungi  ternak dan manusia dianggap cukup signifikan sedangkan serigala menyerang manusia dan ternak untuk kenyang.

Sementara itu, Serigala digambarkan jahat di cerita Little Red Riding Hood dan serigala dianggap sebagai lambang kejahatan bagi masyarakat Nordik. Pada abad pertengahan serigala telah banyak digunakan dalam berbagai bentuk di lambang sebagai hewan yang mulia dan berani, dan sering muncul di lengan dan puncak-puncak dari banyak keluarga bangsawan.

Kepemimpinan singa selama bertahun-tahun tersiksa karena dilecehkan dan dikurung dalam sirkus namun pihak sirkus memelihara serigala murni dapat berbahaya sehingga dilarang oleh hukum. Usaha manusia untuk mendisiplinkan atau menjinakkan serigala juga dapat berakibat fatal sehingga reputasi serigala tidak pernah tunduk oleh siapa pun kecuali pimpinannya.

Referensi : 1 2 3 4

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun