Mohon tunggu...
Abdurrofi
Abdurrofi Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penyuka Kopi dan Investasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Investasi gagasan untuk masa depan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Singa Memang Raja Hutan Tapi Serigala Tidak Main Sirkus

2 Januari 2021   17:49 Diperbarui: 2 Januari 2021   20:19 15626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peribahasa dan Perspektif Tatang Hidayat

Kamu pernah mendengar peribahasa singa memang raja hutan, tapi serigala tidak bermain sirkus, artinya bahwa pemimpin sebuah kelompok masyarakat tak didikte oleh pihak lain. Sedangkan dalam penulis IDN TIMES Tatang Hidayat menyebut Habib Rizieq Shihab  adalah singa Allah dari negeri timur sebagai judul artikelnya.

Berdasarkan temuan pernyataan  tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa singa Allah dari negeri timur memang lebih kuat tapi serigala tidak bermain sirkus karena serigala berevolusi dan mengalami spesiasi di alam liar berbeda dengan kerabatnya yakni anjing.

Peribahasa mengenai anjing ialah anjing menggonggong, kafilah berlalu sedangkan serigala melolong kafilah lenyap. Jika ada orang bodoh yang banyak bicara diamkan saja karena mereka senang dengan gonggongannya sedangkan ada orang cerdas diam, mereka akan bangga dengan aksinya baik jahat atau tidak jahat.

Bagaimana cara singa dalam bingkai sebab-akibat ini menemukan keselamatan?

Bingkai seba-akibat boneka dan dalang. Sumber foto : locita.co
Bingkai seba-akibat boneka dan dalang. Sumber foto : locita.co
Raja organisasi masyarakat ketika ada di jalanan politik pada hakikatnya ia hanyalah boneka dari tuannya untuk sirkus sedangkan serigala walaupun bukan raja tetapi tidak akan mampu mengubah pendiriannya. Sepertinya berbau sosbud.

Dalam dunia sirkus terutama pada spesies singa dalam kurun waktu yang cukup lama, kita melihat bahwa singa bermain sirkus dan mudah dijinakkan macam kucing. Filosofi kepemimpinan singa memang disukai setiap anak kecil tapi tidak orang-orang dewasa. Sekalinya, serigala melolong untuk mempertahankan wilayah dan mengumpulkan anggota kawanan untuk invasi sedangkan anjing menggonggong fokus cari perhatian pada tuannya.

Filosofi kepemimpinan serigala terdidik hidup keras di stepa yang luas dengan cuaca ekstrem menjadi pribadi-pribadi dengan kode etik. Anjing lebih sulit memimpin dibandingkan serigala karena  kepercayaan mutlak dan sedikit karisma yang memberikan mereka hak istimewa. Ini memang kepercayaan dan kharisma serigala tidak sebesar kepada singa.

Secara ilmu bahasa penggunaan makna konotasi dalam peribahasa umumnya bertujuan untuk menyampaikan nasihat, pesan, atau bahkan teguran kepada singa memiliki konflik kepentingan selama menjadi raja hutan dan menjadi pemain sirkus saat ditawan manusia. Oleh karena itu, makna konotasi juga disebut sebagai makna kiasan.

Kepemimpinan serigala dianggap para hewan di hutan tidak memiliki kharisma sebagai seorang pemimpin kelompok namun serigala memiliki pendirian yang teguh dan tidak membiarkan diri komplotan didikte oleh pihak lain. Mereka lebih baik mati daripada tunduk kepada manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun