Pemerintah resmi larang Front Pembela Islam (FPI) namun pendiri FPI melanjutkan deklarasikan Front Persatuan Islam (FPI) model baru. Strategi menggunakan media yang pro-Islam akan gencar menonjolkan kesuksesan dan kehebatan Front Persatuan Islam.
Sebaliknya, media yang anti-Islam akan berusaha mencari sisi negatif dalam organisasi tersebut agar publik menilai Front Persatuan Islam (FPI) model baru sebagai hal negatif, berbahaya, dan radikalisme.
1. Agenda Setting FPI Ancaman Nasional
Berita FPI sejak kepulangan Imam FPI, Habib Rizieq Shihab yang disiarkan oleh media nasional mempunyai pengaruh tertentu, bagi audiens tertentu. perspektif agenda FPI adalah Habib Rizieq Shihab sangat dicintai sedangkan dalam berita framing adalah sebuah proses yang terjadi pelanggaran protokol kesehatan.
Artinya, dari banyak perspektif porsi pengedepanan pemberitaan yang berbeda. Itulah mengapa media melakukan pemberitaan yang berbeda-beda, ini ternyata karena frame mereka yeng berbeda-beda pula dengan agenda berbeda untuk perspektif publik dimainkan strategi PDI-Perjuangan.
2. Konstruksi Realitas Sosial anti-FPI Era Reformasi
Kontruksi sosial berpandangan masyarakat memiliki kesamaan budaya akan memiliki pertukaran makna. Islam adalah lambang kedamaian dan keselamatan. Namun FPI merupakan simbol radikalisme dan Islam populisme ekstrem.
Artinya, Mengukur sahih tudingan nuansa orde baru di rezim jokowi menunjukkan karakter otoritarianisme yang kembali muncul untuk melawan radikalisme dan Islam populisme ekstrem.