Dengan memiliki mata uang tunggal ASEAN Currency dan Bank Sentral yang mandiri, negara-negara anggota ASEAN dapat memiliki kekuatan negosiasi yang lebih besar dalam hubungannya dengan mitra dagang dan lembaga keuangan internasional.
Contoh konkret dari kekuatan negosiasi ini adalah dalam perundingan dagang Uni Eropa (UE) dengan Amerika Serikat (AS) pada tahun 2019.
AS mengancam akan memberlakukan tarif impor terhadap produk-produk UE sebagai tanggapan atas subsidi pemerintah UE kepada produsen pesawat Airbus.
Namun, UE kemudian berhasil membalas ancaman tersebut dengan mengancam akan memberlakukan tarif impor terhadap produk-produk AS senilai hampir 20 miliar euro sebagai tanggapan atas subsidi pemerintah AS kepada produsen pesawat Boeing.
Ancaman ini memiliki kekuatan yang lebih besar karena UE dan AS saling bergantung pada pasar masing-masing dan nilai perdagangan antara keduanya yang besar.
5. Mengurangi ketergantungan mata uang asing
ASEAN Currency dan Bank Sentral ASEAN yang mandiri juga dapat membantu mengurangi ketergantungan negara-negara anggota ASEAN terhadap mata uang asing.
Saat ini, banyak negara di kawasan ASEAN menggunakan dolar AS atau yuan China sebagai mata uang cadangan mereka, yang membuat mereka rentan terhadap fluktuasi nilai tukar dan kebijakan moneter negara-negara asing tersebut.
Menggunakan mata uang ASEAN dalam perdagangan internasional dapat membantu mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS atau yuan China dan mencegah risiko volatilitas mata uang global yang dapat memicu krisis.
Dengan memiliki mata uang tunggal dan bank sentral yang mandiri, negara-negara anggota ASEAN dapat memperkuat kemandirian ekonomi mereka dan mengurangi ketergantungan mereka pada mata uang asing.
Hal ini dapat memberikan keuntungan jangka panjang dalam mengelola ekonomi negara-negara anggota ASEAN secara lebih efektif dan efisien.