Mohon tunggu...
Abdurrofi Abdullah Azzam
Abdurrofi Abdullah Azzam Mohon Tunggu... Ilmuwan - Intelektual Muda, Cendikiawan Pandai, dan Berbudaya Asia Afrika
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Jangan pernah lelah mencintai Indonesia menjadi negara adidaya di dunia. Email Admin : axelmanajemen@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pamer Kekayaan, Kemiskinan, dan Kesederhanaan Sesuai Kemampuan

12 Maret 2023   07:13 Diperbarui: 12 Maret 2023   07:13 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fenomena Pamer Kekayaan, Kemiskinan, dan Kesederhanaan Sesuai Kemampuan. Foto : Shuterstock

Negara otoriter dapat melarang pamer atau kebebasan berekspresi di media sosial untuk mengendalikan informasi dan opini publik, serta membatasi kebebasan individu baik orang kaya, orang miskin, dan orang sederhana sesuai kepentingan pemerintah. 

Isu melarang pamer atau kebebasan berekspresi dalam negara dapat memiliki beberapa bahaya jika dilakukan secara sewenang-wenang atau tidak sesuai dengan kemampuan negara sebagai berikut:

1. Pelanggaran hak asasi manusia

Hak atas kebebasan berekspresi adalah hak asasi manusia yang diakui secara internasional. Jika negara melarang pamer tanpa alasan yang jelas atau tidak sesuai dengan kemampuannya, maka hal ini dapat dianggap sebagai pelanggaran hak asasi manusia.

2. Meningkatkan ketegangan sosial

Melarang pamer dapat menyebabkan ketegangan sosial dan politik di negara tersebut, terutama jika larangan tersebut tidak sesuai dengan tuntutan dan keinginan masyarakat dapat menciptakan ketidakstabilan di negara tersebut dan dapat memicu konflik sosial yang lebih besar.

3. Menciptakan lingkungan yang tidak inklusif

Melarang pamer tanpa alasan yang jelas atau tidak sesuai dengan kemampuannya, maka kelompok-kelompok tertentu atau individu-individu tertentu mungkin merasa tidak dihargai atau tidak diakui oleh negara dapat menciptakan lingkungan yang tidak inklusif dan tidak ramah terhadap keragaman.

4. Membatasi kemajuan sosial dan ekonomi

Pamer dan kebebasan berekspresi dapat membantu memajukan sosial dan ekonomi dalam masyarakat dengan memungkinkan orang untuk menyampaikan ide-ide baru dan mengkritik gagasan yang sudah ada seperti kemajuan sosial dan ekonomi dapat menjadi terhambat.

5. Meningkatkan korupsi pejabat

Negara melarang pamer tanpa alasan yang jelas atau tidak sesuai dengan kemampuannya dapat membuka pintu bagi korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan dengan tidak membuka kasus harta pejabat dan keluarganya yang diunggah di media sosial sehingga korupsi mereka makin sulit dideteksi publik. 

6. Menurunkan suara oposisi

Pemerintah otoriter dapat memanfaatkan kebijakan pelarangan pamer atau kebebasan berekspresi di media sosial untuk membatasi kritik terhadap pemerintah, membungkam suara-suara oposisi, atau mengontrol informasi yang dapat diakses oleh masyarakat.

7. Meningkatkan status quo

Negara otoriter sering kali ingin meningkatkan status quo dan menghindari perubahan sosial atau politik dengan melarang pamer, pemerintah dapat mencegah penyebaran ide-ide baru dan potensial untuk memicu perubahan sosial.

8. Menyulitkan pengambilan keputusan

 Negara otoriter sulit untuk mengambil keputusan atau memberikan masukan karena takut dianggap "pamer" atau "berlebihan" dapat menghambat proses pengambilan keputusan yang demokratis dan partisipatif.

9. Menghambat kreativitas

 Pamer dan kebebasan berekspresi sering kali diperlukan untuk memajukan bidang-bidang seperti seni tetap fokus pada substansi dan pesan yang ingin disampaikan si kaya, si miskin, dan si sederhana dapat menjadi terhambat.

10. Menciptakan ketidakadilan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun